www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, October 7, 2008

Bailout & Towards Gold Standard

Pekan-pekan ini dunia gonjang-ganjing dengan krisis finansial di Amerika Serikat. Banyak orang panik, terutama yang punya investasi dalam bentuk saham dan sejenisnya. Sebab pasar dunia (almost every where) rontok, situasi ini oleh para ekonom sudah disamakan dengan Great Depression tahun 1930-an. What next? finansial dunia akan mengalami big hole, lubang besar yang akan menjatuhkan semua pihak yang terkait dengan sistem giga moneter dunia. Akankah sesuatu yang lebih buruk dari krismon 97/98 akan terulang? Dengan berat hati saya berani jawab Ya! Jika pemerintah tidak belajar dari kesalahan lalu. Mau mulai dari mana ya? Sejak awal bank-bank Ribawi kita memang bermasalah (namanya juga riba ya... bermasalah), BCA sudah Collapse tahun 97/98, tetapi diguyur BLBI oleh pemerintah karena itu Bank dimiliki oleh Lim Sie Liong dan Cendana Groups, supaya tidak kentara BLBI diberikan ke banyak bank, padahal sasaran utamanya BCA. Belakangan BLBI disimpangkan gila-gilaan, yang harus ditanggung kelak oleh anak, cucu, cicit kita. Maksudnya? Reformasi Perbankan! Rampingkan jumlah bank, dan guyur sektor rill dengan dana bank yang diparkir di BI dalam bentuk SBI.
Kemudian ya kalau berani Rupiah nggak usah dipake, sebab dari tahun ke tahun nilainya terus turun. Pecahan terbesar sekarang Rp.100.000,- mungkin nanti ada pecahan Rp.500.000,- atau Rp.1.000.000,- (mau seperti Zimbabwe yang pecahannya hingga 100 miliar dollar zimbabwe). Kalau mau selamat ya kaitkan dengan mata uang kita dengan emas atau dinar. Berani??? Oh nanti dulu. Waktu krismon kemarin saja ketika Kwik Kian Gie usul Fixed Exchange Rate, ekonom-ekonom liberal itu sewotnya luar biasa, eh mau Gold Standar lagi yah mungkin dibilang gila, jadul, atau teroris???. Tapi menarik kita simak Judi Shelton Ekonom penulis buku "Money Meltdown: Restoring Order to the Global Currency System" (Free Press, 1994) dalam tulisannya di The Wall Street Journal 30 september 2008 menyikapi krisis saat ini
"There are numbers of us, myself included, who strongly believe that we did very well in the 1870 to 1914 period with an international gold standard." Bayangkan ternyata banyak orang di Amerika sendiri yang ingin honey moon dengan keadaan ekonomi Amerika pada masa 1870 hingga 1914 ketika Gold Standar masih berlaku.Artinya ide Gold Standar atau mengaitkan mata uang kita dengan emas itu bukanlah ide gila, jadul, atau berbahaya, tetapi itu adalah ide solutif bagi krisi di negeri ini dan dunia. Tentunya ada masa dimana kita harus sakit perut dulu sebelum menuju kesembuhan seperti dalam Hadits Nabi Muhammad SAW berikut
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Kudri : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah S.A.W. dan berkata, “ Saudaraku sedang mengalami sakit perut” kemudian Rasulullah, S.A.W berkata kepada laki-laki tersebut, “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali kepada Rasulullah, S.A.W dan beliau berkata kembali “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali untuk ketiga kalinya dan Rasulullah tetap berkata “Suruh dia minum madu” , kemudian laki-laki itu kembali dan berkata “ Sudah saya lakukan ya Rasulallah”, kemudian Rasulullah S.A.W. bersabda “Allah telah menyampaikan yang benar, tetapi perut saudaramu berbohong, suruh dia minum madu”. Kemudian laki-laki itu meminta saudaranya untuk kembali minum madu dan dia sembuh.
Dinar atau mata uang emas itu mungkin bisa diibaratkan madu pada hadits di atas, perlu ada keyakinan bahwa Dinar atau Gold Standar adalah solusi dari sakitnya ekonomi global saat ini yang secara ilmiah sudah banyak dibahas baik oleh ekonom muslim maupun non muslim.Dinar inilah yang akan membersihkan penyakit-penyakit yang ada dalam sistem kapitalisme sehingga umat manusia harus mengalami sakit perut dahulu sebelum menuju keadilan ekonomi global.

Wallahu a'lam




No comments: