www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, July 23, 2009

Fakta adalah?


Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta bukanlah apa yang dilihat oleh mata kita dan didengar oleh telinga kita. Tetapi fakta adalah apa yang dikatakan dan dijanjikan Allah swt dalam Al Quran. Pengertian pertama adalah versi kaum materialis yang hanya percaya kepada apa yang ditangkap oleh panca indera saja, sedangkan pengertian kedua adalah kebenaran hakiki yang datang dari Allah SWT. Segala sesuatu yang bagi kita tidak mungkin, tetapi Allah SWT katakan dan janjikan dalam Al Quran, maka bukan hanya mungkin tapi pasti terjadi. Termasuk dalam hal ini adalah apa yang disampaikan Rasulullah SAW. Sebab apa yang disampaikan oleh Beliau SAW adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepadanya. Peristiwa Isra Miraj adalah sesuatu yang musykil dengan teknologi yang ada masa itu, bahkan pada saat hi-tech kinipun hal itu masih amat musykil. Namun karena Rasulullah SAW yang menyampaikan maka hal itu benar adanya, tidak ada keraguan sedikitpun sebagaimana Abu Bakar Ashidiq membenarkannya. Bagaimana kaitannya dengan mata uang Dinar. Sebagian orang mengatakan bahwa tidak mungkin Dinar kembali digunakan sebagai mata uang, sebab Dinar adalah kuno atau tidak praktis digunakan di zaman seba canggih ini. Walaupun hal ini pernah dijawab berkali-kali secara ilmiah. Kita perlu kembali kepada apa yang pernah dikatakan Nabi SAW bahwa "Masanya akan tiba pada umat manusia ketika tidak ada apapun yang berguna selain Dinar dan Dirham" (Hadits diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Abi Maryam dalam Musnad Imam Ahmadi ibn Hambal)

Monday, July 13, 2009

On the Fall of Rupiah

Steve H.Hanke adalah ekonom yang pernah diundang Presiden Soeharto untuk memberi solusi alternatif di samping solusi yang diberikan IMF dalam menangani krisis moneter 1998. Beliau adalah profesor ekonomi terapan dari John Hopkin University AS. Berikut adalah fakta yang terkait dengan uang Rupiah, Keterlibatan IMF dan kejatuhan Presiden Soeharto tahun 1998 menurut versi Steve H.Hanke yang dikutip dari artikel dalam majalah Globe Asia ed. Februari 2007.
  1. Akhir Januari 1998 Presiden Republik Indonesia meragukan kemanjuran obat yang ditawarkan IMF untuk menyembuhkan rupiah yang hancur, oleh karenanya dicari solusi di luar IMF yang kemudian terkenal dengan istilah Currency Board yaitu membuat Rupiah membuat kurs tetap terhadap US Dollar Amerika pada nilai tertentu. Solusi alternatif ini ternyata membuat IMF dan pemerintah Amerika Serikat sangat marah. Bill Clinton dan Michel Camdessus (direktur IMF waktu itu) mengancam Indonesia mau memilih solusi Currency Board atau bantuan pinjaman US$ 43 Milyar untuk menyelesaikan krisis yang sedang dialami.
  2. Serangan terhadap Currency Board bertubi-tubi, bukan hanya dari Amerika Serikat dan IMF, namun juga dari para ekonom Indonesia sendiri. Dukungan terhadap solusi Currency Board yang sebenarnya juga ada, malah dukungan ini datang dari para ekonom pemegang hadiah Nobel d ibidang Ekonomi seperti Gary Becker( Nobel 1992), Milton Friedman (Nobel 1976), Merton Miller(Nobel 1990), dan Robert Mundell (Nobel 1999). Namun dukungan ini kalah publikasi dengan yang penentangnya. Maka akhirnya ide Currency Board ditinggalkan.
  3. Ketika ide alternatif ini berupa Currency Board ditinggalkan, toh akhirnya solusi IMF terbukti tidak juga manjur menyembuhkan krisis moneter di Indonesia waktu itu.
  4. Kesengajaan IMF dan pemerintah Amerika untuk menggunakan kehancuran Rupiah untuk alasan politis waktu itu terungkap dari komentar Perdana Menteri Australia Paul Keating, "Treasury Amerika Serikat telah sungguh dengan sengaja menggunakan kehancuran ekonomi untuk mengeluarkan Presiden Soeharto."
  5. Pengakuan juga datang dari Lawrence Eagleberger yang waktu itu menjabat sebagai US Secretary of state,"Kita telah dengan sangat cerdik mendukung IMF untuk mengusir Soeharto".
  6. Bahkan peran Politik IMF ini akhirnya diakui sendiri oleh Michell Camdessus pada saat menjelang pensiunnya ,"Kita telah dengan menciptakan kondisi yang memaksa Presiden Soeharto meninggalkan pekerjaannya."
Nyata sekali bahwa secara ekonomi dan moneter kita masih erat kaitannya dengan IMF, sehingga penjajajan pun masih terus berlangsung. Salah satu solusi agar mata uang kita tidak terus menerus dipermainkan tentu kembali ke alat muamalah yang adil dan tidak mudah dipermainkan IMF yaitu Dinar dan Dirham.

Tuesday, July 7, 2009

Giliran Bank of Korea

Bank Sentral Korea (selatan) berencana akan menambah jumlah cadangan emasnya pertama kali dalam 11 tahun teakhir. Setelah China yang menambah 454 ton cadangan emasnya dalam 6 tahun terakhir, langkah Korea ini tidaklah begitu mengejutkan. Ofisial Bank Sentral Korea sendiri tidak secara eksplisit akan melakukan pembelian emas, namun dari pernyataanya bahwa mereka akan mendesain ulang cadangan devisanya tahun depan dan setelah memantau kebijakan bank sentral negara lain berkaitan dengan tren global pasar emas, para ahli menyimpulkan mereka berencana melakukan pembelian emas segera. Walapun dari sisi cadangan devisa Korea Selatan menduduki peringkat enam dunia, namun peringkat ke 56 dari jumlah cadangan emas di dunia yang hanya sebesar 14,3 ton sedangkan menurut data per mei 2009 peringkat pertama cadangan emas dunia adalah AS (8.134 ton), Jerman (3.413 ton), China (1.054 ton), Jepang (765 ton), Rusia (537 ton), Taiwan (424 ton), Fhilipina (145 ton), Singapura (127 ton), Thailand (84 ton), Indonesia (73 ton) ; dan Malaysia (36 ton). Untuk Indonesia sendiri diperkirakan cadangan emasnya sudah berkurang, karena pembayaran utang ke IMF beberapa waktu silam adalah dengan mengorbankan cadangan emas.

Selanjutnya Kwang Sun-woo, kepala riset makro ekonomi pada Samsung Economic Research Institute mengatakan bahwa" Cadangan emas Bank Korea jauh dari cukup. Mereka seharusnya membeli emas lebih banyak lagi. Melihat ketidakstabilan dollar, mereka perlu membeli lebih banyak lagi emas.

Langkah Korea ini tentu menjadi indikasi bahawa emas akan tetap menjadi pilihan di kala ketidakstabilan moneter dunia baik dalam skala Institusi seperti Bank Sentral apalagi bagi individu-individu dan keluarga yang ingin mengamankan aset mereka. Wallahu 'alam

Monday, July 6, 2009

Tangan Tangan Kita

Menarik menyimak wawancara James Turk founder Gold Money dengan Daily Bell. Salah satu point yang menarik adalah ketika ditanya oleh wartawan jika emas memang selalu unggul atau selalu naik nilainya terhadap mata uang kertas yang seharusnya disadari pemerintah. Strategi apa yang dilakukan pemerintah? Jawab Turk dua hal, pertama, mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri--pekerjaan mereka sebagai birokrat atau politisi kemudian policy makers hanya peduli agar sistem uang kertas ini tetap jalan hingga mereka dapat mengambil keuntungan dari sistem ini dan pensiun dengan uang yang banyak. Artinya memang tidak ada itikad untuk kembali ke sistem mata uang emas yang jauh lebih stabil. Kembali ke negeri kita, pilpres tinggal 2 hari lagi. Ribuan janji telah diumbar, jutaan baliho, bendera, atribut, pamflet siap diturunkan. Apakah para calon pemimpin itu bersungguh-sungguh dengan janjinya? Ataukah hanya sebatas lidah (tidak dari hati mereka) hanya agar massa memilih mereka 8 juli nanti? Wallahu 'alam hanya Allah yang Maha Tahu. Atau yang lebih esensial adalah apakah mereka peduli dengan sistem Islam termasuk dalam hal ekonomi. Walaupun Jusuf Kalla pernah menyatakan akan menambah market share ekonomi syariah menjadi 25%. Namun belum pernah kita mendengar calom pemimpin itu berjanji untuk menghapuskan sistem ribawi di negeri Islam terbesar ini. Ya sistem yang hingga hari ini menyebabkan kita dikepung krisis, dan musibah turun berturut-turut. Apalagi bicara sistem moneter atau mata uang yang adil seperti Dinar. Namun kita tidak boleh pesimis. Sebab perubahan itu tidak berasal dari kekuatan besar seperti tank-tank raksasa yang menggerus apa yang ada di depannya, namun perubahan itu bisa saja berasal dari tangan-tangan lemah yang siap bertempur melawan tank-tank itu seperti tangan anak-anak Palestina yang tidak gentar melempari tank-tank Israel. Artinya mulailah dari pribadi-pribadi kita yang bisa jadi kita tidak saling kenal namun berupaya dengan tangan-tangan kita hingga sistem ini tegak.

Saturday, July 4, 2009

Common Mistake

Seringkali orang melakukan common mistake bertahun-tahun dalam berbagai hal. Guru Fisika misalnya, ketika saya menanyakan kepada seorang guru Fisika di sebuah SMA negeri mengenai gaya gesek ternyata jawabannya keliru. Ketika sepeda motor berjalan di jalan raya, ban sepeda motor melakukan gaya gesek kemana ke depan atau belakang? Dia menjawab ke belakang. Yang benar gaya geseknya adalah ke depan.Mana buktinya? Lihatlah ban motor atau mobil yang selip di tanah berlumpur atau tidak bisa jalan. Kemana arah lumpurnya? Ke belakang bukan ? Artinya ketika ban motor atau mobil itu tidak bisa jalan maka gaya geseknya ke belakang dan sebaliknya ketika ban itu jalan gaya geseknya ya ke depan. Begitu pula bayangan kita di cermin.Ketika kita berkaca misalnya kelihatan setengah badan. Apa yang harus dilakukan agar tubuh kita kelihatan seluruhnya? Lagi-lagi dia menjawab mundur ke belakang dengan menguraikan rumusannya. Saya bertanya udah pernah coba? Dia jawab belum. Saya diam saja hingga akhirnya dia mencobanya sendiri. Hasilnya berapapun jauh dia mundur bayangannya ya segitu-segitu juga tidak pernah nampak seutuhnya. Apa kaitannya dengan dinar? Seringkali kita terjebak pada common sense bahwa menabung yang paling baik ya di bank? Bentuknya? Ya Dollar atau Rupiah. Padahal secara statistik nilai Rupiah dan Dollar terus turun karena inflasi. Ketika ditawarkan Dinar, sebagian mereka memandang sebelah mata karena pola pikirnya sudah terbentuk sedemikian rupa dengan pola tabungan seperti di atas karena pengaruh teori-teori ekonomi barat yang saat ini sedang rontok satu per satu. Bagaimana solusinya? Sama dengan kisah guru fisika tadi perlu ada usaha untuk mencoba investasi dalam bentuk dinar karena terbukti 1400 tahun lebih nilai dinar tetap stabil.