www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Saturday, May 1, 2010

Ada yang senasib dengan Dinar


Beberapa minggu terakhir ini saya sibuk pulang balik Depok-Jonggol untuk mempelajari suatu hewan yang bernama kambing. Kadang sampai menginap di sana. Ada apa dengan kambing? Apa yang menarik dengan kambing? Secara umum tidak banyak orang yang tertarik dengan kambing. Jangankan orang awam, seorang sarjana kedokteran hewan yang sedang co-ass disana pun bercerita dari 130 seangkatannya hanya 3 orang saja yang berminat menekuni kambing. Sisanya ya menekuni anjing, kucing, unggas atau babi????
Satu hal yang membuat saya tercengang adalah hanya ada 5 negara di dunia yang boleh mengekspor kambing yaitu AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Indonesia kita ini. Pertanyaannya sederhana kenapa kita tidak semaju yang lain dalam bidang perkambingan ini? Jawabannya bisa sangat panjang, sehingga dapat dibuat buku.
Yang jelas politik dagang (baca: corporatocracy) sengaja membuat kambing ini dipandang sebelah mata oleh kita. Sehingga persepsi yang timbul kambing itu bau, tradisional, bikin darah tinggi, kolestrol, asam urat, dalam label-label lain yang seram-seram. Padahal amat sangat banyak kebaikan di sekujur tubuh kambing, mulai dari susu, daging, kulit, sampai kotorannya. Lembaga-lembaga seperti USDA (Deptan AS), Deptan kita, dan lembaga-lembaga lain sudah banyak yang meneliti keunggulan kambing ini.
Saya melihat ada kesamaan nasib antara Dinar dan Kambing. Kampanye negatif tentang emas atau dinar sebagai investasi dan lindung nilai masih dilakukan oleh lembaga-lembaga moneter terkait, dengan komandannya IMF. Padahal mereka sendiri menjadikan emas sebagai ketahanan ekonomi negerinya. Begitu pula kambing ini berbagai perspektif negatif disematkan ke tubuh kambing agar kita meninggalkan kambing dan tidak menggarapnya dengan baik sebagai ketahanan ekonomi kita, sedangkan mereka sendiri membudidayakannya dengan sangat serius untuk kepentingan ekonomi mereka. Politik dagang ini masih akan terus mereka daungkan, agar umat ini tetap terlelap di tengah kekayaan yang Allah berikan di negeri ini, yang salah satunya adalah kambing.
Jadi tidak salah membangun ketahanan ekonomi kita dengan dinar dan kambing. Toh satu kambing sejak zaman Nabi SAW hingga kini tetap setara dengan 1 dinar.

wallahu 'alam

No comments: