www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, August 13, 2010

Mundell 1997 : Could Gold Make a Comeback? part 4


Stabilitas Harga & Emas

Abad 20 bukanlah abad yang memuaskan dari poin awal kita membahas topik ini yaitu stabilitas harga. Jika kita mengukur magnitude dari inflasi baik tingkat kenaikannya dan total nilai (kenaikan) dari produk yang terpengaruh olehnya, kita menjadi yakin bahwa tingkat inflasi yang lebih tinggi telah dimulai sejak 1914 dibanding tingkat inflasi sepanjang milenium tersebut secara keseluruhan. Perlu dicatat bahwa awal mula dari inflasi besar (great inflations), tahun 1914, sama dengan dimulainya PD I di Eropa dan permulaan operasional sistem Federal Reserve di AS. Dari dua kejadian tersebut, yang terakhir pantas menjadi biang keladi kesalahan.
Beberapa hal yang perlu jadi perhatian, periode inflasi dapat menjadi lebih baik mulai 1934. Adalah benar bahwa harga menjadi dua kali lipat selama PD I. Tetapi dari dua tahap, tingkat harga tahun 1914 kembali pada titik semula. Deflasi selama resesi tahun 1920-1921 membawa kepada tingkat indeks harga, dengan basis tahun 1914 = 100, turun menjadi 130, dan deflasi semasa depresi hebat tahun 1930-1943 membawa kepada tingkat kembali pada keseimbangan harga sebelum perang dunia I.
Sebelum tahun 1914, perlu dicatat bahwa tingkat harga berdasarkan harga emas, stabil dalam jangka panjang. Tahun 1977, Roy W. Jastram mempublikasikan hasil studi yang luar biasa, dengan judul Gold Constant, dan diikuti dengan buku kedua tahun 1982 dengan judul Silver : The Restless Metal. Dalam buku ini, dia menyajikan grafik tingkat harga dari indeks harga seluruh barang dan jasa di Inggris dari tahun 1500 hingga saat itu (1982), dan data yang sama di AS sejak 1800. Data dari Inggris menyajikan siklus tingkat harga yang sangat konsisten selama 4 abad selama 1560 hingga 1914, Indeks harga Inggris ini cukup konstan. Ada memang gelombang inflasi dan deflasi yang halus tetapi cenderung menghilang. Perang Dunia I menimbulkan inflasi yang diikuti deflasi pasca perang, dan dengan mulainya depresi hebat, Inggris memutuskan kaitan mata uangnya dengan emas. Mulai dari saat itu dan ke depan, Inggris kehilangan disiplin moneternya masa Alfred of the Great. Inflasi sejak Inggris menanggalkan emas tahun 1931 dan khususnya sejak hancurnya sistem jangkar dollar (bretton woods) tahun 1971 adalah inflasi tertinggi dalam sejarah Inggris, lebih tinggi dari beberapa kasus inflasinya. Dalam seperempat abad sejak 1971, tingkat harga di Inggris naik 7,5 kali!
Selama periode ini, Inggris kehilangan reputasi klasiknya selama berabad-abad dalam stabilitas moneternya dan poundsterling berhenti sebagai mata uang utama internasional.
Sebagaimana poundsterling, sebagian besar mata uang kehilangan standar emasnya pada tahun 1930, oleh karenanya menghilangkan kendala konvertabilitas (kemampuan dapat ditukar dengan emas) dalam suplay uangnya. Meskipun begitu, hingga 1971, sistem ini mampu mempertahankan kaitan secara tidak langsung terhadap emas melalui fixed exchange rate (nilai tukar tetap) dengan patokan nilai Dollar. Pemisahan kaitan dengan emas tahun 1971 dan kebijakan flexible exchange rate (nilai tukar mengambang) tahun 1973 yang menghilangkan pagar pembatas dalam ekspansi moneter. Tingkat harga yang ada saat ini adalah arus utama yang saat ini dikendalikan sistem Federal Reserve (Bank Sentral AS), mesin terbesar dari inflasi yang setiap saat didesain. Karena tidak ada mata uang utama internasional lain, The Fed saat ini dapat saja memompa keluar milyaran dan milyaran dollar yang dapat digunakan dan dijadikan sebagai cadangan devisa oleh negara-negara lain. Tidak hanya itu surat berharga dan surat utang AS telah menjadi uang internasional dalam bentuk baru. Dollar menjadi cadangan dari bank internarsional baru yang memproduksi uang dalam pasar Eurodollar dan outlet-outlet di negara-negara lain. Suplay moneter internasional yang baru ini kini dibuat untuk mengakomodasi kenaikan tajam harga minyak tahun 1973. Kenaikan harga minyak 4 kali lipat menyebabkan defisit di Eropa dan Jepang yang dibiayai selama itu oleh Eurocredits, yang ujungnya ditalangi oleh ekspansi moneter AS. The Fed berargumen bahwa kebijakannya itu tidak akan berdampak menimbulkan inflasi yang jauh lebih tinggi lagi karena suplay uang di AS tidak naik secara berlebihan. Faktanya mereka telah mengekspor basis inflasi jauh di negeri orang. Sebagaimana yang saya tunjukkan dalam sebuah artikel yang dipublikasi tahun 1971, adalah dunia, bukan basis dollar nasional (AS) yang mengontrol inflasi. Harga-harga barang di AS naik 3,9 kali lipat, dalam seperempat abad setelah 1971, jauh di atas inflasi tertinggi sepanjang sejarah AS. Ada hubungan paralel yang kuat antara pengalaman AS dan Inggris. Antara tahun 1800 dan 1930, jauh ketika Dollar AS tidak dapat ditukar dengan mata uang lain (seperti sekarang) dan selama PD I ketika Poundsterling juga tidak dapat ditukar dengan mata uang lain (inconvertible), harga barang dan jasa di Inggris dan Amerika bergerak secara bersamaan. Hal ini yang semestinya terjadi di antara 2 negara dalam wilayah yang menggunakan mata uang yang sama. Kecuali dalam penyesuaian yang diperlukan dalam devaluasi di Inggris pada 1949 dan 1967, tingkat harga bergerak bersamaan dalam masa pasca perang. Tetapi perubahan yang fundamental datang seiring dengan hancurnya sistem moneter internasional pada tahun 1971. Sebagaimana telah dicatat AS dan Inggris mengalami inflasi, tetapi tingkat harga di Inggris naik 750% sementara AS naik sebesar 390%. Secara relatif poundsterling kehilangan setengah daya belinya terhadap dollar AS setelah pound beralih ke nilai tukar mengambang. Tingkat harga domestik di setiap negara menjadi tidak stabil setelah tahun 1970. Ini adalah benar bahkan untuk tingkat harga dari beberapa mata uang yang terapresiasi terhadap dollar sejak 1971. Inflasi paling cepat, sebagaimana teori keseimbangan daya beli (antar mata uang) akan mengatakan, hanya terjadi di negara-negara dengan mata uang yang paling terdepresiasi nilainya (nilai mata uangnya tergerus). Negara dengan inflasi terendah adalah negara yang mata uangnya paling kuat apresiasinya (kenaikan nilai mata uang). Tetapi bahkan di Jerman dan Jepang, yang mata uangnya memiliki apresiasi yang kuat terhadap dollar AS, tingkat harganya masing-masing naik 240% dan 290% antara tahun 1971 dan 1976. Terutama pada tahun 1971, sistem moneter internasional, berpatokan terhadap dollar yang sebelumnya berpatokan terhadap emas, menyebabkan inflasi dunia dalam pengawasan. Setelah tahun 1971, ketika jaminan emas dihilangkan, kontrol inflasi tergantung kepada aturan federal reserve. Hasilnya adalah pandemic inflation (inflasi yang meluas setingkat negara bahkan dunia) yang semuanya merupakan karakteristik dari gambaran yang permanen dimana generasi mendatang harus menghadapi dan menyelesaikannya.

No comments: