www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, January 30, 2012

Tamu Tak Diundang

Berikut kami sajikan salah satu tulisan dari Murray Polliit seorang pakar keuangan dalam investasi logam mulia asal Kanada yang juga pendiri Polliit & Co.Inc. Polliit meninggal tanggal 5 Februari 2012 lalu dalam usia 71 tahun.

Ketika kami menulis artikel sebulan lalu, kami tidak pernah membayangkan harga emas akan jatuh sedemekian rupa pada pekan terakhir 2011. Sekali lagi fase penurunan harga emas sedang terjadi, dan yang lebih penting lagi, pasar sedang di "bersihkan". Pada pekan-pekan terakhir ini harga sedang terguncang, menyiapkan panggung, dan akhirnya, bersiap-siap untuk undakan kenaikan harga yang sesungguhnya (seperti mulai terjadi pada akhir pekan kemarin). Kami juga menduga bahwa suplay emas dunia akan memasuki periode penurunan jangka panjang, sebuah pendapat yang bisa saja ditentang oleh sebagian pembaca yang keberatan. Kami melihatnya demikian karena ini memang bisnis yang pasti akan habis (karena emas adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak, batu bara dll). Di hampir seluruh area cadangan dan tingkat bijih emas mengalami penurunan selama hampri 50 tahun terakhir ini. Berapapun harganya bila tidak ada bijih emas, maka tidak ada produksi. Ada 3 alasan utama suplay barang tambang (khususnya emas) akan mulai mengalami penurunan, tetapi kondisi suplay bijih emas adalah salah satu alasan utama sbb :
1) Ironisnya kebijakan moneter terhadap emas yang tidak konsisten yang membuat pesimis para pengusaha tambang. Dalam rangka menjaga mitos bahwa Dollar dan Euro (don't laugh) lebih baik dari emas, bank sentral negara-negara telah menjual emas baik terang-terangan atau diam-diam untuk menekan harga (sehingga harga emas undervalued) . Mereka menjual emas dalam jumlah besar lebih dari 500 juta ounces (1 ounce sekitar 31 gr) selama 50 tahun terakhir. The Gold Pool,yang beroperasi sejak tahun 1960 oleh bank-bank sentral barat untuk menjaga harga emas tetap US$35, telah amat merusak industri tambang emas karena kebijakan bank sentral tersebut mematok harga pada tingkat sub-ekonomis selama 10 tahun lebih dalam pasar bebas. Mereka dapat bertahan dalam masa itu dengan menurunkan kadar nilai emasnya. Ketika Gold Pool menyerah karena tidak mampu lagi menjaga harga emas tetap di angka US$35 /ounce dan harga emas melejit (mengalami kenaikan signifikan lebih 15 kali) hampir tidak pernah lagi berdiri tambang baru karena :
a). Industri telah gulung tikar (suplay emas jatuh pada 1970) dan
b).Industri tidak dapat diselamatkan lagi akibat ancaman dari IMF untuk menghentikan tambang, pelelangan emas oleh IMF, pelelangan emas oleh Depkeu AS, propaganda yang konstan tentang demonetisasi (menghentikan standar moneter berbasis emas), dan tentu saja dekade ini diakhiri dengan guyuran hujan kredit dari Paul Volker( Ketua Dewan Penasihat Perbaikan Ekonomi AS Februari 2009-Januari 2011).
Produksi Underground Gold (UG) (penambangan emas metode ekstraktif dengan cara membuat terowongan ke dalam bumi), berdasarkan catatan sekitar 80% dari suplay emas pada saat itu, dan mencapai puncaknya pada dekade tersebut dan tidak pernah kembali bangkit.
Era 1980-an dan 1990-an kita melihat perubahan besar dalam indstri emas. Rekor baru harga emas pada harag US$300/ounce, tidak cukup untuk menghidupkan kembali industri Underground Gold, namun cukup untuk merangsang pembangunan open pit mines (metode penambangan dimana barang tambang yang bernilai berada dekat dibawah permukaan bumi), sehingga tidak perlu penggalian dalam sebagaimana UG, terutama karena kehadiran alat penambangan baru yang dapat meningkatkan efisiensi dengan tajam. Open pit mines teknologinya lebih dekat kepada proyek teknik sipil dibanding proyek penambangan. Bagaimanapun juga, banyak open pit mines yang dibangun tepat di atas atau dekat lahan bekas penambangan UG yang telah lama, operasi di atas endapan sungai atau bekas laham garimpero mining atau penambangan rakyat sporadis akibat demam emas.

Apakah Anda ingat Bulolo Gold Dredging (penambangan emas di dasar sungai Bulolo Papua New Guinea) atau Cripple Creek (penambangan emas di dasar sungai yang terletak di Virginia AS)? Dalam 20 tahun terakhir mulai 1980 hingga 2000 produksi industri emas dari open pit mines (dan cadangannya) mulai naik (kurang lebih 2 kali lipatnya) sementara produksi UG mulai merosot. Produksi emas secara keseluruhan mencapai puncaknya pada tahun 2000, yaitu hampir 2 kali lipat dari produksi tahun 1980. Tetapi produksi emas mulai mendatar pada dekade ini dan menampakkan tren menurun, meskipun harga sudah lebih tinggi. Industri tentu saja mengamati terus menerus cadangan ini. Hari ini produksi UG hanya mencatat 15% saja suplay emas dengan sisanya berasal dari open pits mine. Tetapi semakin dalam penggalian tambang dan rasio limbah-bijih emas semakin besar tiap pekan. Sepuluh banding satu rasio limbah terhadap bijih emas adalah hal yang tidak biasa. Kebanyakan pits telah melewati masa terbaiknya dan akan bermasalah pada beberapa tahun dibanding beberapa dekade belakangan. Karena kita belum menemukan banyak lahan tambang baru dalam rentang jauh ke depan yang membawa kita pada titik inflection point (kondisi yang berubah akibat perubahan kebijakan, pasar, atau produksi dalam industri). Kebanyakan pendatang baru di Toronto Exchange (Bursa saham di Kanada yang memuat perusahaan tambang, minyak, dan gas unggulan) adalah wajah lama dengan "busana" baru. The Prospectors and Developers Convention di Toronto yang menseleksi ratusan prospectors (upaya pencarian logam mulia dan barang tambang lainnya) dan lusinan operasi penambangan dari perusahaan seperti Noranda, Kerr, Falconbridge, Phelps Dodge, Dome and Treck kini hanya segelintir dari (hanya sedikit saja yang tersisa) dan ribuan slick promoters.Ribuan perusahaan bermimpi menjadi besar dengan melakukan akuisisi daripada melakukan eksplorasi di luar negeri (pendekatan seorang MBA daripada Insinyur). Setelah 50 tahun status Bank Sentral sebagai net selling adalah hal yang sudah berlalu, bank sentral kini murni menjadi net buying . Emas saat ini mengalami tren kenaikan harga namun tidak cukup suplay.

2)Biaya produksi adalah faktor ke dua yang menghalangi masa depan produksi. Untuk meningkatkan cadangan emas maka industri harus, sekali lagi mencari di kedalaman permukaan bumi. Ini bukan hal yang mudah. Adalah benar beberapa open pit mines memiliki lahan tambang yang masih dapat dieksplor lebih dalam lagi, dan beberapa sedang dibangun sebagai tambang bawah tanah.Tetapi produksi emas akan menjadi lebih rendah dan biaya menjadi terlalu tinggi. Bahkan apabila sejumlah besar cadangan emas segar yang baru ditemukan suplay emas tampaknya tetap akan menurun karena faktor biaya (yang mahal). Di atas persyaratan normal dari sebuah pembukaan tambang seperti insinyur, geoglog,dan surveyor, tambang UG membutuhkan seperangkat jenis keahlian : raise miners (pekerja yang melakukan penggalian tambang) , drift miners (transportasi tambang yang bersifat horisontal), longhole miners (tenaga pengeboran permukaan bumi sedalam 3 meter), shrinkage miners (tenaga tambang yang membangun ruang besar dalam penambangan di dalam permukaan bumi), shaft sinkers (tenaga tambang yang membangun sistem transportasi pendukung di dalam tambang), pakar ventilasi tambang, peralatan mekanik (mesin bor senilai US$1 juta bermesin diesel plus mekanis, elektris, hidrolik, dan sisten tekanan udara), pakar mekanika batu, pakar peledakan (kesalahan peledakan musim semi lalu berujung pada kemungkinan penutupan tambang di Val-d’Or-sebuah kota di Quebec Kanada, yang artinya bukit emas), pengetahuan proses penyemenan, pemompaan, pemampatan material, dan bila tambang itu dalam, membutuhkan pengetahuan tentang aktivitas gempa. Penambangan juga membutuhkan pengacara, akuntan dan pekerja sektor publik, dan pebisnis tambang. Membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun bisnis tambang UG (UnderGround).Dan mesti butuh banyak biaya. Siapa saja yang percaya bahwa biaya produksi yang ditanggung banyak perusahaan tambang masa kini mungkin akan percaya dengan hasil yang seimbang dengan biaya produksinya, tetapi biaya masa depan akan semakin kecil dibanding hari ini. Dan ada pula biaya modal, pengeboran dan pembangunan tambang pasca eksplorasi, dan hal-hal yang sejenis itu.Di masa awal, kebanyakan tambang UG dibangun dengan mendirikan perusahaan tambang, tetapi saat ini pemain besar tidak memperdulikan hal ini dan ini pelajaran bagi pemain kecil. Ketika mereka mudah mendapatkan uang, biaya produksi tidak lagi menjadi kendala besar bagi para pengusaha, tetapi kenyataannya ketika return invetasi lebih kecil dibanding modal, maka akan muncul masalah keuangan. Biaya modal untuk meningkatkan produksi emas, atau bahkan untuk menjaganya pada tingkat yang sama, bermakna disinsentive bagi industri.

3)Faktor negatif ke tiga bagi masa depan produksi emas adalah geopolitik, pajak, dan regulasi. Amerika Selatan dan Afrika Barat saat ini sedang dan tetap menjadi area yang paling menjanjikan untuk mencari dan memproduksi emas. Bagaimanapun pajak terus merambat naik di beberapa negara dan menyebar di negara lain. Revolusi di Afrika Barat juga menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Rumania telah menaikkan pajak, bahkan sebelum tambang didirikan. Kanada tidak terlalu banyak "bermain" dengan pajak pendapatan, tetapi pajak penghasilan pegawai kini hampir 30%. Itu adalah saham perusahaan, yang tentunya pegawai terkena imbas pula. Industri tambang di Afrika Selatan, salah satu tambang terbesar di dunia, mempunyai masalah yang sudah bertahun-tahun mengenai pendirian tambang ilegal di wilayah legal (perusahaan tambang yang telah berizin). Jadi kami tetap pada pendapat bahwa tahun 2012 kita akan melihat awal dari penurunan jangka panjang suplay emas. Kami juga memprediksi, pada akhirnya krisis Euro akan mencapai puncaknya. Meskipun kita akan mendengar hal klise dari para "ahli pidato" yang sama di (World Economic Forum) Davos , ayam akan kembali pulang ke sarangnya. Dan emas (kembali) menjadi tamu yang tak diundang.

Murray H. Pollitt, P. Eng. Toronto, Ontario
murrayp@pollitt.com January 18, 2012
http://www.gata.org/files/MurrayPollitt-01-18-2012.pdf

Thursday, January 26, 2012

Uni Emirat Arab lunasi Utang Rakyatnya

Salah satu hal yang menghambat seorang syahid (seorang yang mati dalam berperang atau berjuang di jalan Allah) untuk masuk ke dalam surga adalah bila masih ada utang yang dimilikinya selama di dunia. Sehingga secara umum bagi seorang muslim, utang adalah kendala baik di dunia maupun di akhirat. Maka ada keutamaan yang amat besar bagi orang yang melunasi utang saudaranya. Apalagi bila seorang kepala negara melunasi utang rakyatnya.

Inilah yang terjadi di Uni Emirat Arab (UEA) negeri kaya raya yang juga menjadi tempat berlabuhnya banyak perusahaan skala internasional untuk mengembangkan sayap bisnisnya. Adalah kepala negara UEA As Syeikh Khalifah bin Zais Ali Nahyan belum lama ini mengeluarkan perintah untuk melunasi utang penduduknya yang memiliki nilai kurang dari 1 juta Dinar (mata uang UEA ini bukan mata uang Dinar berbahan baku emas) atau senilai Rp 2,4 milyar, sebagaimana dilansir kantor berita Uni Emirat Arab kemarin 25 Januari 2012.

Penduduk yang menjadi sasaran program ini jumlahnya 6.830 orang dengan menelan dana Rp 2 milyar Dirham Emirat atau setara dengan Rp 4,8Triliun.

Keputusan ini datang setelah adanya masukan dari Panitia Tinggi untuk Pengentasan Utang Rakyat yang memiliki penghasilan terbatas. Badan khusus ini sendiri memiliki modal sebesar 10 Milyar dirham Emirat atau setara dengan Rp 24 Triliun lebih.

Bisa jadi UEA adalah satu-satunya negara yang melunasi utang rakyatnya di zaman ini. Sementara negara-negara lain kesulitan membayar utang negaranya sendiri, seperti AS yang mempunyai utang terbesar di dunia. Langkah pemerintah UEA ini patut diapresiasi.


http://www.hidayatullah.com/read/20831/26/01/2012/emirat-lunasi-hutang-6-ribu-warganya.html

Wednesday, January 11, 2012

Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Fasilitas Negara

Sering sekali kita menilai ukuran kesuksesan dan kegagalan seseorang karena faktor fasilitas yang dia punya . Para pejabat di negeri ini berlomba-lomba menggunakan fasilitas yang serba "wah" dengan dalih guna memperlancar kerjanya dalam melayani rakyat dan dalam mengemban amanah pembangunan. Sehingga rumusannya adalah semakin baik fasilitas pejabat itu berkorelasi positif dengan kinerjanya dalam pembangunan negara. Benarkah demikian? Mari kita simak kisah salah satu khalifah Islam terbaik dalam sejarah yaitu Umar bin Abdul Aziz yang juga cicit dari sahabat Nabi saw Umar bin Khatab ra dalam buku Biografi Umar bin Abdul Aziz karya Abdullah bin Abdul Hakam (GIP, 2002) sbb :

Umar bin Abdul Aziz menulis pada Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm (gubernur Madinah), "Amma ba'du". Aku membaca suratmu pada Sulaiman ( Sulaiman bin Abdul Malik khalifah sebelum Umar yang juga saudaranya). Kamu menyebutkan bahwa para amir kota Madinah sebelum kamu telah diberikan jatah berupa lilin jenis begini dan begini. Mereka menjadikannya penerang saat mereka keluar. Aku merasa tersiksa atas jawabanmu dalam surat itu. Sungguh, aku telah menjanji padamu, hai Ibnu Ummu Hazm, agar kamu keluar dari rumahmu dalam keadaan gelap gulita, tidak memakai penerang. Sungguh, kamu dulu lebih baik daripada kamu sekarang dan lentera yang rusak sudah bisa membuatmu cukup.Wassalam.

Mungkin kita zaman sekarang terheran-heran dengan kebijakan Umar bin Abdul Aziz masalah lilin ini. Begitu sederhana dan wara'nya beliau tidak hanya terhadap dirinya tetapi juga terhadap para pegawainya. Seakan-akan beliau ingin menegaskan bahwa kesederhanaan dan qanaah adalah hal mutlak yang perlu diikuti oleh seluruh pejabat negara dalam kepemimpinannya. Dengan kebijakannya itu apakah kinerja kekhalifahan masa Umar bin Abdul Aziz juga sederhana? Mari kita simak kisah berikut : Yahya bin Said berkata," Umar bin Abdul Aziz mengutusku menarik zakat di Afrika maka aku jalankan. Aku mencari-cari sekiranya ada kaum fakir yang dapat kami beri bagian zakat itu, ternyata tidak kami temui orang fakir sama sekali dan tidak aku temui orang yang mau mengambil zakat dariku. Akhirnya, uang zakat itu aku belikan budak dan budak itu aku merdekakan, dan mereka setia pada kaum muslimin."

Ternyata dengan fasilitas yang amat bersahaja, Umar bin Abdul Azis dapat membuat rakyatnya sejahtera dalam periode kepemimpinannya yang hanya 2 tahun 5 bulan 5 hari.

Sedangkan bagi anak-anaknya dia hanya meninggalkan warisan 1/2 Dinar atau 1/4 Dinar untuk setiap anaknya yang berjumlah 11 anak. Bandingkan dengan khalifah sebelumnya yang juga saudara sepupunya, Sulaiman bin Abdul Malik yang mewariskan 1 juta Dinar bagi masing-masing anak yang juga berjumlah 11 anak. Di akhir hayatnya Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada anak-anaknya, "jika kalian saleh, maka Allah yang akan mengurusmu"

Semoga negeri ini di anugerahkan pemimpin layaknya Umar sehingga keadaan kita menjadi baik, sebagaimana orang-orang terbiasa mengucapkan ungkapan," Seperi apa keadaan kalian, seperti itu kalian diperintah penguasa."

wallahu 'alam

Sunday, January 8, 2012

Raja Offa dan Misteri Dinar Inggris



PADA tahun 2008, seorang warga Sidoarjo bernama Rohimin menemukan mata uang kuno Majapahit dalam jumlah yang sangat banyak, hingga mencapai sepuluh ribu keping lebih. Dalam beberapa berita surat kabar, staf Balai Peninggalan Purbakala Trowulan yang menangani temuan tersebut memastikan bahwa kepingan-kepingan itu merupakan mata uang resmi Kerajaan Majapahit. Disebutkan juga bahwa koin-koin yang ditemukan Rohimin itu berhurufkan China, sehingga ini menjadi bukti adanya hubungan dagang yang kuat antara Majapahit dan China. Namun anehnya, gambar mata uang yang ditampilkan pada berita-berita tersebut secara jelas tidak menampilkan huruf China. Gambar mata uang Gobog Majapahit yang ditampilkan justru menunjukkan tulisan bahasa Arab, yang tampaknya merupakan lafaz ’La ilaha illallah Muhammadur rasulullah.’

Temuan mata uang resmi Majapahit yang mengandung tulisan bahasa Arab ini menimbulkan spekulasi di sebagian kalangan tentang hubungan yang sesungguhnya antara Kerajaan Majapahit dan Islam. Kerajaan Majapahit yang selama ini dikenal sebagai Kerajaan Hindu-Budha kini mulai dianggap oleh sebagian pihak tadi sebagai Kerajaan Islam. Beberapa argumen dan penafsiran diajukan untuk mendukung pendapat tersebut. Di antara bukti menonjol yang diajukan adalah, tentu saja, temuan mata uang berbahasa Arab di atas. Apakah Kerajaan Majapahit sesungguhnya merupakan sebuah kerajaan Islam? Tentu kita tidak bisa tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan ini. Tapi beberapa bukti baru yang ada jelas menawarkan penjelasan dan penafsiran yang baru juga.

Pengaitan Islam dengan kerajaan non-Muslim masa lalu bukan hanya terjadi pada Kerajaan Majapahit saja. Salah satu raja Inggris juga pernah menyimpan teka-teki yang sama. Ia adalah Raja Offa (757-796).

Raja Offa dari Kerajaan Mercia

Offa merupakan seorang raja Anglo-Saxon yang memerintah Kerajaan Mercia selama hampir empat dekade, yaitu sejak tahun 757 hingga 796. Wilayah Inggris pada masa itu belum menyatu dalam satu kerajaan seperti yang kita kenal sekarang ini. Pada masa itu ada banyak kerajaan yang saling bersaing dan memperebutkan supremasi di wilayah tersebut. Namun, pada paruh kedua abad ke-8, di bawah kepemimpinan Offa Kerajaan Mercia dapat menaklukkan beberapa kerajaan di sekitarnya dan muncul sebagai kerajaan yang paling kuat dan menonjol di Inggris. Offa sendiri dianggap oleh banyak sejarawan sebagai salah satu raja Inggris (Anglo-Saxon) paling agung dan paling kuat sebelum Raja Alfred the Great yang memerintah antara tahun 871 dan 899 (Blair, 1990: 73; Travelyan, 1973: 85).

Offa memerintah Kerajaan Mercia pada masa yang hampir bersamaan dengan Raja Charlemagne yang memerintah Perancis dan beberapa wilayah Eropa lainnya sejak tahun 768 hingga tahun 814. Walaupun sempat mengalami ketegangan, hubungan di antara keduanya secara umum dapat dikatakan baik. Charlemagne sendiri menganggap Offa sebagai raja yang sederajat dengannya dan menyebutnya sebagai ’saudaranya yang terkasih’ (Blair, 1990: 73). Keduanya dianggap sebagai raja-raja terbesar pada masanya. Walaupun demikian, Charlemagne jauh lebih populer dan dikenal oleh sejarah dibandingkan Offa.

Terlepas dari peranannya yang besar dalam sejarah Inggris, catatan sejarah tentang Offa hanya sedikit yang sampai ke tangan para sejarawan modern. Tentang hal ini seorang sejarawan berkomentar, ”Kita merasa pasti bahwa Offa merupakan seorang tokoh yang sangat penting dalam perkembangan institusi-institusi Anglo-Saxon tanpa dapat mengetahui apa yang sesungguhnya telah ia lakukan.” Ia dianggap memainkan peranan penting dalam pengembangan pendidikan dan hukum di Inggris pada masa itu, tetapi seperti apa bentuk program pendidikan dan konsep hukumnya tidak lagi diketahui (Hollister et. al., 2001: 67-8). Tentu saja tidak semua kiprah Raja Offa terselubung oleh misteri. Sebagian peranannya masih terekam oleh sejarah, walaupun tidak sedetail yang diharapkan oleh orang-orang yang ingin mempelajari perjalanan hidupnya secara mendalam.

Di antara peninggalan penting Raja Offa yang masih dapat dilihat bekas-bekasnya pada masa sekarang ini adalah tanggul atau parit (dyke) yang sangat panjang dan besar. Beberapa penggalian dan penelitian menyarankan bahwa parit ini merupakan batas penghalang antara Inggris (England) dan Wales, yang memanjang dari laut ke laut. Parit ini dibangun sebagai benteng pertahanan terhadap serangan dari wilayah Wales ke wilayah Kerajaan Mercia (Blair, 1990: 74 & 76).

Parit yang dibangun Offa ini terbentang sejauh kurang lebih 150 mil (sekitar 240 km). Ini berarti kurang lebih setara dengan jarak dari Jakarta ke Cirebon. Parit ini memiliki kedalaman 6 kaki (hampir 2 meter). Pada beberapa bagian atas parit ini dibangun tembok batu. Untuk membangun parit ini setidaknya Offa memerlukan puluhan ribu pekerja yang menjalankan penggalian dan pembangunan selama beberapa tahun. Parit Offa (Offa’s Dyke) ini dianggap sebagai monumen paling mengesankan, untuk kategorinya, yang pernah dibangun oleh seorang raja Eropa (Hollister et. al., 2001: 68).

Dinar Raja Offa

Selain dalam pengembangan wilayah dan pertahanan wilayah, pemerintahan Offa juga memiliki peranan penting dalam perdagangan. Hubungan perdagangan antara Inggris dan Perancis pada masa itu sangat baik. Pemimpin kedua wilayah saling melindungi pedagang asing yang datang ke wilayahnya. Dalam salah satu suratnya kepada Offa, Charlemagne menjamin perlindungan terhadap para pedagang Inggris yang berniaga di wilayahnya. Dan sebaliknya, ia juga meminta Offa menjamin hal yang sama bagi para pedagang Perancis yang berniaga di wilayah Mercia (Hollister et. al., 2001: 67).

Peranan Offa yang menonjol di bidang ekonomi bukan hanya dalam hal memajukan perdagangan, tetapi juga dalam pencetakan uang. Koin Mercia yang dibuat pada masa pemerintahan Offa merupakan yang terbaik di Eropa pada masanya. Hingga tahun 600 Masehi, masyarakat Inggris tidak mencetak mata uang sendiri. Mereka menggunakan mata uang asing untuk menjalankan roda ekonominya. Pada abad ke-7 dan 8, raja-raja Inggris sebelum Offa mulai mencetak koin perak, tapi bentuknya masih kasar dan hanya digunakan secara terbatas atau bersifat lokal. Menjelang masa pemerintahan Offa, Kerajaan Perancis mampu mencetak koin-koin yang lebih baik dan sebagiannya digunakan di Inggris. Namun, pada masa pemerintahannya Offa mampu mencetak mata uang yang lebih baik. Koin-koin Offa kemudian diterima secara luas dalam perdagangan di Inggris dan di Eropa. Penyebaran koin Offa lebih luas dibandingkan dengan berbagai mata uang yang beredar di Eropa sejak masa Romawi (Blair, 1990: 77).

Koin-koin yang dibuat pada masa Offa terdiri dari koin emas dan perak. Hanya sedikit koin emas Offa yang masih ada sekarang ini. Di antara koin-koin emas tersebut, ada satu yang paling menarik perhatian. Koin tersebut pada salah satu sisinya berisi kalimat bahasa Arab ’Laa ilaaha illa Allah’ dan beberapa kalimat lainnya yang menggambarkan keyakinan seorang Muslim. Sementara pada sisi lainnya berisi tulisan latin ’Offa Rex.’

Menurut Syeikh Abdullah Quilliam, teks berbahasa Arab pada koin tersebut secara lengkapnya bermakna kurang lebih seperti berikut: ’Tidak ada tuhan selain Allah, Yang Esa, tanpa sekutu, dan Muhammad adalah utusan Allah.’ Dan pada sekeliling koin terdapat teks yang bermakna ’Muhammad adalah utusan Allah, (Dia) Yang mengutusnya (Muhammad) dengan ajaran dan keyakinan yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama.’ Koin ini tampaknya hingga saat ini disimpan di British Museum.

Dikeluarkannya koin dinar dengan teks semacam ini oleh seorang raja Eropa yang oleh sejarah dikenal sebagai seorang raja Kristen tentu saja menimbulkan tanda tanya dan spekulasi. Apakah Raja Offa telah memutuskan untuk menjadi seorang Muslim dan mendeklarasikan keyakinannya pada koin kerajaannya? Kalau Offa bukan seorang Muslim, lantas mengapa kalimat tersebut dicetak pada koin Mercia?

Fakta ini membuat sebagian orang meyakini bahwa Raja Offa telah meninggalkan keyakinan sebelumnya dan beralih menjadi seorang Muslim. Penulis pada sunnahonline.com, misalnya, menduga bahwa Offa telah masuk Islam dan karenanya dokumen yang terkait dengan dirinya telah dihilangkan oleh Gereja Inggris pada masa itu. Offa merupakan raja yang penting dan memiliki peran sangat besar, tapi data-data sejarah tentang dirinya sangat minim. Apakah dokumen sejarah yang terkait dengan Offa memang hilang tanpa sengaja seiring dengan perjalanan sejarah, atau dokumen-dokumen itu memang sengaja dihilangkan? Ide bahwa data-data sejarah tentang Offa telah dengan sengaja dihilangkan karena ia masuk Islam merupakan teori yang bertema konspirasi. Bagaimanpun, kemungkinan tersebut bukannya sama sekali mustahil.

Syeikh Abdullah Quilliam (1856-1932) juga pernah menulis tentang ini dan ia memberikan analisa yang lebih kritis. Abdullah Quilliam merupakan seorang warga Inggris dan memiliki nama asal William Henry Quilliam. Ia lahir pada keluarga sebuah keluarga kaya di Liverpool. Pada tahun 1887 ia masuk Islam setelah mengunjungi Maroko. Sejak itu ia aktif berdakwah di Inggris, antara lain melalui tulisan. Ia mendirikan masjid pertama di Inggris pada tahun 1889. Dalam salah satu tulisannya, ia membahas tentang Offa dan dinar emasnya.

Menurut Quilliam, sejak pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20 para peneliti dan ahli numismatik Eropa telah menjadikan koin Offa ini sebagai obyek penelitian mereka. Mereka memberikan penafsiran yang berbeda tentang koin ini. Secara umum, kesimpulan mereka dapat dibagi dalam empat bagian:

Pertama, Offa telah masuk Islam dan dimasukkannya kalimat sahadat pada koin emas tersebut merupakan pernyataan keislamannya.

Kedua, Kalimat tersebut dicetak sebagai penghias koin tanpa diketahui maknanya oleh Offa.

Ketiga, Koin itu dicetak untuk para peziarah Kristen ke Yerusalem agar mata uang tersebut lebih mudah diterima di wilayah Muslim yang akan dilalui para peziarah.

Keempat, Koin itu tidak dicetak untuk umum, melainkan sebagai upeti yang dijanjikan oleh Offa kepada Paus setiap tahunnya.

Pendapat-pendapat di atas dikeluarkan oleh para ahli Eropa yang tidak menganut Islam. Walaupun demikian, Quilliam sendiri menolak pendapat yang pertama. Menurutnya, ketika itu Eropa, termasuk Inggris, bukan hanya tidak memahami Islam, tetapi juga memahami Islam secara salah. Kesalahpahaman ini bahkan masih terus berkembang hingga ke jaman modern. Islam dilihat oleh masyarakat Eropa sebagai representasi Anti-Christ. Jika Offa menjadi seorang penganut Islam, ia tidak hanya beresiko kehilangan kedudukannya, melainkan juga nyawanya sendiri.

Ada beberapa hal lainnya yang membuat keislaman Offa menjadi sulit untuk diterima. Kebanyakan koin Offa yang lainnya mengandung simbol salib yang jelas tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Selain itu Offa juga memiliki hubungan baik dengan Paus di Roma. Ia memberikan upeti kepada Paus sebesar 365 koin emas setiap tahunnya. Koin yang sedang kita bicarakan ini tampaknya juga merupakan bagian dari koin upeti tersebut. Rasanya tidak mungkin Offa menganut Islam dan menjalin hubungan baik dengan Paus pada waktu yang bersamaan.

Quilliam juga tidak menyetujui pendapat yang ketiga. Menurutnya, pada masa itu jumlah peziarah dari Inggris ke Yerusalem masih sangat terbatas. Jadi tidak ada alasan bagi Offa untuk mencetak secara khusus koin semacam ini. Pendapat yang lebih dapat diterima menurut Quilliam adalah pendapat kedua dan keempat. Ia berspekulasi bahwa ketika Offa menerima utusan Paus pada tahun 786 ia telah diminta untuk memberikan upeti tahunan kepada Paus. Mungkin ketika itu Offa bertanya kepada para utusan Paus tentang bentuk dan ukuran koin emas yang mesti ia serahkan kepada Roma, dan para utusan ini kemudian memberikan contoh sebuah koin emas yang kebetulan ada pada mereka, sebuah koin yang berisi kalimat bahasa Arab seperti di atas. Karena itu Offa menjadikan koin itu sebagai model bagi koinnya dan menambahkan namanya pada sisi lain koin tersebut.

Syeikh Abdullah Quilliam memberikan argumentasi yang cukup logis untuk mendukung pendapatnya, walaupun kisah yang dituturkan di atas hanya bersifat perkiraan saja. Bagaimanapun, diperlukan penelitian lebih jauh untuk menguatkan pendapat ini.

Jika koin itu merupakan tiruan dari dinar Islam yang ada pada masa itu, tentunya dapat dilacak peninggalan dinar pada masa lalu yang menjadi model bagi dinar Offa. Terlepas dari hal tersebut, berbagai interpretasi akan tetap terbuka terhadap koin itu. Selama data-data sejarah sangat minim dan terbatas, maka interpretasi sejarah akan semakin beragam.

Offa boleh jadi telah masuk Islam, tapi mungkin juga tidak. Agaknya kita tidak akan pernah mengetahuinya secara pasti. Namun yang jelas, lafaz syahadat tersebut telah menemukan jalannya untuk sampai ke sebuah kerajaan Kristen yang cukup penting di Eropa pada masa itu dan dicetak dalam koin emas kerajaan tersebut. Inskripsi tauhid yang terabadikan pada mata uang Muslim dan menjadi simbol penting sistem ekonomi Islam telah ikut terabadikan dalam perekonomian non Muslim, entah disadari atau tidak oleh mereka yang mencetaknya. Hal ini setidaknya menunjukkan besarnya pengaruh ekonomi dan sistem moneter Muslim pada masa lalu, terlebih jika melihat adanya mata uang-mata uang Eropa abad pertengahan lainnya yang juga berisi teks Arab, walaupun dengan lafaz yang berbeda.

Akankah konsep dan sistem ekonomi Islam yang berkembang sangat pesat pada waktu-waktu belakangan ini akan kembali dapat mengukirkan pengaruhnya dalam sistem ekonomi masyarakat non-Muslim dan masyarakat dunia secara umum? Waktulah yang akan menjawabnya.*/Kuala Lumpur, 23 Jumadil Awwal 1432/ 26 April 2011

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, kini sedang mengambil program doktoral bidang sejarah di Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia

Daftar Pustaka


Hollister, C. Warren, Robert C. Stacey & Robin Chapman Stacey. The Making of England to 1399. Boston: Houghton Mifflin Company. 2001.

Trevelyan, G.M. History of England, the illustrated edition. Harlow: Longman. 1973.

Blair, John. “The Anglo-Saxon Period (c.440-1066)” dalam Kenneth O. Morgan (ed.). The Oxford Illustrated History of Britain. Oxford: Oxford University Press. 1990.

Sheikh Abdullah Quilliam, writing as Professor H. M. Léon, “An Anglo-Saxon King Proclaims the Unity of Allah and that Muhammad is His Prophet,” 1916, dalam http://www.masud.co.uk/ISLAM/bmh/BMH-AQ-offa.htm
http://www.sunnahonline.com/ilm/seerah/0037.htm



BI Larang Spekulasi Gadai Emas

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) bakal mengatur produk gadai emas di bank-bank syariah. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi spekulasi pada komoditas logam mulia itu.

Bank sentral berjanji menerbitkan aturan ini pada akhir Januari tahun ini. "Syariah itu kalau investasi harus berkeringat. Kalau investasi dalam rangka menunggu harga emas naik itu tidak pas," kata Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Mulya Siregar di Jakarta, Kamis (5/1).

Nasabah kerap menggunakan gadai emas sebagai alat spekulasi. Padahal, prinsip gadai adalah untuk instrumen investasi jangka pendek. Praktik spekulasi melalui gadai emas dilakukan dengan menggadaikan emas untuk membeli emas lebih banyak. Harapannya, semua bisa ditebus ketika harga emas naik lebih tinggi.

Dalam aksi spekulasi itu, jelas Mulya, nasabah bisa menggadaikan emas walaupun ia sebetulnya belum memiliki logam mulia iti. Caranya, dengan datang.

Yang jelas, kata dia, untuk mengurangi spekulasi, nilai batas maksimal gadai itu akan cukup kecil. Loan to value ratio yang dipatok adalah 80 persen dari nilai emas. Saat ini, maksimal masih bisa 90 persen.

Pembiayaan gadai emas melesat pada periode Juli - September 2011. Dalam masa itu, nilai pembiayaan gadai emas syariah naik 154 persen dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 6,1 triliun.

Sedangkan total pembiayan syariah dalam periode itu hanya tumbuh 9,6 persen. Yakni, dari Rp 84,6 triliun menjadi Rp 92,8 triliun. Mulya berharap bank syariah bisa menghindarkan praktik spekulasi. Sehingga bank sentral bisa lebih fokus membiayai sektor riil. (sof
)

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=113379