www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, April 12, 2012

Gold Price 1 (Paul Van Eeden)

Berikut adalah artikel pakar emas Paul Van Eeden (Presiden Cranberry Capital Inc.) dengan judul Gold Price. Dengan tulisan ini kita dapat memahami sejarah harga emas dengan berbagai peristiwa sejarah yang menjadi latarbelakangnya. Mulai dari kenapa harga emas naik tajam pada 1980-an dan turun pada 2001, dengan menggunakan model statistik harga emas dengan basis 1947 (saat itu harga emas $35/ounce). Digambarkan pula krisis moneter Asia Tenggara pada 1997-1998 yang memberi imbas kenaikan harga emas yang signifikan bagi masing-masing negara dengan kenaikan emas tertinggi terjadi di Indonesia.Tulisan ini memang cukup jadul, ditulis tahun 2003 sehingga cakupan modelnya hanya sampai tahun 2002 saja. Namun sebagai pengenalan awal bagaimana harga emas bergerak, artikel ini cukup memadai. Karena artikelnya cukup panjang saya bagi menjadi 2 bagian.
Artikel aslinya bisa dilihat disini http://www.silverbearcafe.com/private/gold101.html

Saya percaya sejarah kenaikan harga emas telah dimulai.Berikut penjelasannya.

Harga emas mempunyai hubungan yang terbalik dengan Dollar AS. Saya tahu kedengarannya begitu sederhana dan gamblang, tetapi ketika saya menyatakan hal ini pertama kali pada Januari 1998, peristiwa ini menjelaskan mengapa harga emas tidak melanjutkan kenaikannya yang terus-menerus hingga Dollar AS kembali menguat terhadap mata uang utama lainnya,sayangnya tidak ada yang memperhatikan hal ini dengan serius. Hari ini Anda hampir tidak pernah mendengar analis logam mulia yang bicara mengenai harga emas tanpa mengkaitkan dengan Dollar AS dalam paragrap yang sama.

Saya telah menghabiskan beberapa dekade menganalisa harga emas, belajar bukan bagaimana harga emas berubah, tetapi mengapa harga emas berubah. Hal ini membuat kita memahami kenapa hal ini terjadi, yang membuat sebagian investor menuai untung dan sebagian investor lainnya buntung. Apa yang akan Anda baca tentang harga emas berikut ini adalah hasil riset orisinil yang sepanjang pengetahuan saya tidak pernah dipublikasikan sebelumnya.

Emas adalah teka-teki bagi sebagian besar analis keuangan, yang karena alasan itulah mengapa investasi emas sering dianggap negatif atau dicemooh. Hanya sedikit orang yang dapat memahami tentang logam mulia ini, padahal hanya dengan menggunakan satu prinsip pertama di atas, adalah mungkin untuk menjelaskan mengapa harga emas rata-rata mencapai $378,04/oz selama 13 tahun dari tahun 1984 hingga 1996; kenapa harga emas menurun dari tahun 1996 hingga 2001; dan mengapa harga emas naik dengan mendadak dari tahun 1970 hingga 1980 – tetapi kembali jatuh dari tahun 1980 hingga 1982.

Dengan menggunakan prinsip yang sama, Anda akan melihat mengapa harga emas akan naik setidaknya dua kali lipat dalam beberapa tahun kemudian, dan kemungkinan naik hingga 3 atau 5 kali lipat.

Hal ini akan mengejutkan Anda untuk melihat betapa sederhana metodologi ini sesungguhnya. Tetapi kemudian, masalah yang begitu rumit dapat dipecahkan dengan begitu sederhana,dengan komponen yang mudah dimengerti. Hal ini sering dialami oleh mereka yang tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan dibalik teori-teori rumit yang tidak masuk akal atau analisa yang tidak bisa dikuantifisir seperti konspirasi.

Tulisan ini tidak akan membosankan Anda dengan sejarah dunia, tetapi ini benar-benar penting untuk menyeimbangkan pemikiran kita. Mari kita mulai dari Gold Standard, karena kita tahu berapa harga emas pada periode tersebut (US$35/oz), dan terus berlanjut dengan harga $325/oz saat ini (tahun 2003-artikel ini ditulis tahun 2003), dan mengapa saya berfikir harga emas akan menembus angka di atas $700 dalam waktu dekat (dan saat ini harga emas sudah mencapai $1.660 per ounce).

Mata Uang dengan Nilai Tukar Mengambang (Floating currencies)

Selama Gold Standard, nilai emas ditentukan oleh daya belinya dan nilai mata uang kertas, ketika keduanya eksis, diukur nilai mata uang kertas itu terhadap emas. Akibat dari inflasi mata uang kertas karena harus membiayai Perang Dunia I dan II,maka seluruh negara meninggalkan Gold Standard dan emas kehilangan perannya sebagai mata uang.

Perjanjian Bretton-Woods tahun 1944 menjamin stabilitas dunia tanpa hard money (mata uang berbasis logam mulia semata tanpa keterlibatan uang kertas) dengan menggunakan Dollar AS yang dapat dikonversi dengan emas pada kurs yang tetap, dan kemudian menempatkan Dollar AS sebagai mata uang utama dunia terdahap seluruh mata uang asing lainnya. Defisiensi tertanam dalam perjanjian Bretton Woods yang memungkinkan AS untuk mencetak Dollar AS tanpa syarat, karena rasio antara Dollar dan emas adalah tetap, dan merupakan sebuah ketetapan. Oleh karenanya, dari tahun 1934 hingga 1971 emas memiliki “nilai” $35/oz hanya karena Franklin Roosevelt menetapkan demikian pada tahun 1934.

Kekeliruannya adalah AS dapat mencetak mata uang Dollarnya sesuai keinginan, tanpa berakibat terhadap nilai Dollar itu sendiri, sementara negara-negara lain di dunia harus memproduksi barang dan jasa untuk mendapatkan Dollar, puncaknya terjadi pada akhir 1971 ketika Richard Nixon memaksa untuk meninggalkan nilai tukar tetap antara Dollar dan emas.

Jadi berapa “nilai” satu troy ounce emas hari ini? Karena sebagian besar mata uang di dunia menganut nilai tukar mengambang, yang berarti nilai tukar mata uang mereka bernilai relatif terhadap mata uang lain yang semuanya ditentukan oleh kekuatan pasar, maka Anda harus spesifik dengan mata uang yang mana Anda ingin menilai harga emas. Untuk menjawab ini kita akan membatasinya dengan mata uang Dollar AS. Oleh karenanya pertanyaannya menjadi, Berapa nilai 1 troy ounce emas dalam Dollar saat ini?

Dua faktor yang selalu mempengaruhi nilai relatif emas dalam setiap mata uang .Yang pertama adalah kenaikan jumlah mata uang Dollar (inflation of dollars) dan kedua adalah kenaikan jumlah emas (inflation of gold).

Ketika jumlah Dollar meningkat (inflasi), Dollar kehilangan daya beli dan biasanya ditunjukkan dengan kenaikan harga barang dan jasa. Ini menegakkan alasan ketika dollar mengalami inflasi, hal ini juga menaikkan harga emas dalam dollar, walaupun nilai inheren emas atau daya beli emas tidak terkena pengaruh.

Demikian pula, bila jumlah emas meningkat, nilai emas akan menurun. Dikarenakan materi fisik emas dari seluruh emas yang telah ditambang bisa berubah dalam berbagai bentuk, yang menjadi satu alasan mengapa emas begitu cocok untuk menjadi uang dalam urutan pertama. Jumlah emas yang ditambang dalam satu tahun terakhir adalah sedikit sekali dibanding jumlah seluruh emas yang pernah ditambang. Dengan demikian tingkat inflasi emas adalah persentase produksi tambang emas baru dibagi seluruh emas yang pernah di tambang sepanjang masa yang ada di atas bumi, yang pada gilirannya sama dengan jumlah total emas sejak pertama kali ditambang di dunia.

Konsekuensinya, perubahan harga emas dalam Dollar, dari waktu ke waktu berada pada proporsi inflasi Dollar dan berhubungan terbalik secara proporsional dengan inflasi emas. Kita dapat menghitungnya dengan teori harga emas (Aun) sebagai berikut:

Aun = Aun-1(M3n/M3n-1)(GPn-1/GPn)

Dimana [Au = harga emas; M3 = suplay uang; GP = produksi emas]

Namun agar rumus ini dapat dicari kita perlu menetapkan waktu dimana emas dihargai dengan benar. Ini berarti kita mesti kembali ke masa Gold Standard dan menghitung mulai dari masa itu

Reserve currencies

Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) menghancurkan tidak hanya properti fisik juga mata uang Eropa melalui mekanisme inflasi. Setelah perang, sebagian besar negara terjebak dalam utang yang besar dImana kecil bagi mereka untuk melunasinya.

Sebelum PD I Poundsterling Inggris (yang juga dijamin dengan emas) adalah mata uang utama dunia karena London adalah pusat keuangan terbesar kala itu dan Inggris juga merupakan negara dengan aktivitas perdagangan terbesar di dunia. Tetapi ekspansi moneter untuk membiayai PD I memaksa sebagian besar negara, termasuk Inggris, untuk melepaskan Gold Standard sementara (sehingga lebih mudah bagi mereka mencetak mata uangnya tanpa jaminan emas yang memadai).

Pada tahun 1923 Inggris mengumumkan untuk melunasi seluruh utang akibat perang, sebagai usaha mengembalikan kepercayaan ekonomi Inggris dengan mata uang Poundsterlingnya. Untuk mencapai hal ini Inggris harus menaikkan pajak yang justru memberi beban baru bagi ekonomi mereka yang sudah lumpuh.

Pada usaha yang kedua, dalam mendorong kepercayaan pasar, Inggris memulihkan Gold Standard di tahun 1925, dengan menggunakan kurs sebelum perang. Pada saat yang sama banyak negara lain melakukan devaluasi (menurunkan nilai pasar) mata uangnya sebagai usaha untuk mengurangi beban utang perang dan untuk merangsang ekonomi. Kembalinya Inggris ke sistem Gold Standard oleh karenanya mengatrol nilai Poundsterling lebih tinggi, akibatnya ekspor Inggris melemah dan aktivitas impor marak,sehingga mengarah pada erosi yang lebih jauh dalam ekonominya.Akibatnya pada tahun 1931 Inggris dipaksa untuk melepaskan Gold Standard kembali. .

Kebalikan dari Inggris, AS kembali ke sistem Gold Standard pada tahun 1919. Dimana menaikkan posisinya dalam perdagangan global, menempatkan Dollar dalam posisi sebagai pengganti eksistensi Poundsterling sebagai mata uang utama dunia.

Akhir dari Sistem Gold Standard

Depresi ekonomi pada tahun1929 mempercepat kontraksi deflationary economic (suatu kondisi dimana terjadi penurunan permintaan barang dan jasa sehingga berakibat pada turunnya harga barang dan jasa dan menghasilkan pengangguran masal). Kombinasi dari kebangkrutan berturut-turut pada bank dan perusahaan, kerugian masal di wall street, meningkatnya pengangguran dan menurunnya kepercayaan pasar, menyebabkan naiknya tingkat suku bunga tabungan dimana orang berusaha mempertahankan modal mereka. Karena sebagian besar orang menabung, dan menekan belanja atau konsumsi, akibatnya permintaan terhadap barang dan jasa menurun yang mengarah pada melemahnya aktivitas ekonomi yaitu Great Depression (krisis besar di dunia pada awal tahun 1930-an).

Pemerintah butuh untuk meningkatkan belanja atau konsumsi untuk merangsang ekonomi, tetapi bagaimana Anda membuat orang meningkatkan belanja di kala mereka sedang gencar menabung? Orang cenderung untuk belanja lebih selama masa inflasi karena uang kertas mereka relatif kehillangan daya beli terhadap barang dan jasa.Sehingga bagi mereka lebih baik segera membelanjakannya sesegera mungkin, sebelum daya belinya turun lebih jauh.

Untuk merekayasa inflasi dan merangsang belanja, pemerintah mengambil langkah untuk mendevaluasi Dollar (menurunkan nilai pasar dari Dollar). Tapi tidak bisa dengan mencetak lebih banyak Dollar, karena emas juga merupakan komponen dari sistem moneter (artinya dalam sistem gold standard pencetakan Dollar mesti diikuti dengan sejumlah cadangan emas yang memadai sebagai jaminan). Apabila pemerintah melakukan devaluasi terhadap Dollar, dengan cara mencetak lebih dari biasanya, orang akan mengalihkan tabungan mereka dalam bentuk emas tanpa ada peningkatan konsumsi.Individu melakukan penimbunan emas dan karena tabungan dalam sistem perbankan pun saat itu terikat dengan emas pula, maka bank harus menjaga cadangannya, yang sebagian besarnya dalam bentuk emas.

Sepanjang emas berlaku sebagai alat tukar, langkah devaluasi Dollar tidak akan berakibat pada peningkatan belanja atau konsumsi. Untuk memecahkan dilema ini, Presiden AS kala itu Roosevelt mendeklarasikan kepemilikan emas secara pribadi adalah melanggar hukum (illegal) pada tahun 1933, hal ini membebaskannya untuk mencetak dollar sesuai kebutuhannya. Berikut pernyataannya :

"By virtue of the authority vested in me by Section 5 (b) of the Act of October 6, 1917, as amended by Section 2 of the Act of March 9, 1933 ..., in which Congress declared that a serious emergency exists, I as President, do declare that the national emergency still exists; that the continued private hoarding of gold and silver by subjects of the United States poses a grave threat to the peace, equal justice, and well-being of the United States; and that appropriate measures must be taken immediately to protect the interests of our people." Franklin Roosevelt - March 9, 1933

(“Dengan wewenang yang berlaku pada saya dalam section 5(b) berdasar Act of October 6, 1917, sebagaimana yang telah di amandemen dengan section 2 dari Act of March 9, 1933..., dimana Kongres telah mendeklarasikan bahwa telah terjadi keadaan darurat, Saya sebagai Presiden, mendeklarasikan bahwa keadaan darurat nasional masih terjadi; bahwa penimbunan emas dan perak oleh warga negara AS merupakan ancaman kematian bagi perdamaian, keadilan yang setara, dan kelangsungan negara AS; dan langkah yang tepat perlu diambil dengan segera untuk melindungi kepentingan rakyat kami” Franklin Roosevelt- 9 Maret 1933.

Hal ini tidak mempengaruhi status Dollar sebagai mata uang utama dunia, dimana orang asing masih dapat mengkonversi dollar yang mereka pegang ke dalam emas pada kurs yang tetap.

Pada tahun 1933 satu koin emas senilai $20 dengan berat 0,9675 ounce emas.Jadi harga emas/ounce saat itu adalah $20,67 (yaitu $20/0,9675), dimana nilai ini berlaku sejak tahun 1879 ketika AS bergabung dengan sistem Gold Standard . Executive Order pada 9 Maret 1933 memaksa warga negara untuk mengganti emas mereka kedalam mata uang kertas Dollar pada kurs $20,67 per ounce.

Pada awal tahun berikutnya Roosevelt menaikkan harga emas sebesar 69% menjadi $35 per ounce ( 1 ounce sekitar 31,103477 gram), oleh karenanya secara instan mendevaluasi Dollar sebesar 41%.

Dollar untuk Emas

Kembali pada tahun 1933, ketika emas adalah mata uang, satu ounce-nya bernilai $20,67.Oleh karenanya kita dapat mengatakan bahwa emas mengalami overpriced (kondisi dimana suatu barang dinilai dengan harga yang terlalu tinggi) pada tahun-tahun selanjutnya ketika Roosevelt dengan semena-mena mematok harganya senilai $35 per ounce pada 1934.Tetapi bila emas mengalami overpriced pada harga $35 per ounce pada tahun 1934 , kapan sebenarnya harga emas memang bernilai $35 per ounce? Kita dapat menemukan jawabannya dengan melihat perpindahan emas ke dalam dan keluar dari AS (dalam hal ini melalui US Treasury atau semacam Departemen Keuangan AS-selanjutnya disingkat Depkeu AS), dan daya beli Dollar AS.

Karena harga emas dinaikkan nilainya sebesar $35 per ounce pada tahun 1934, yang berarti secara signifikan mengalami overpriced saat itu, dan oleh karenanya berpengaruh pada permintaan Dollar AS sebagai mata uang utama dunia saat itu, cadangan emas dunia meningkat tajam dari 8.998 ton pada tahun 1935 menjadi 19.543 ton pada tahun 1940, dimana banyak orang asing menukar emas dengan Dollar untuk mengambil keuntungan singkat dimana pemerintah AS yang memfasilitasinya.Orang berbondong-bondong menukar emasnya dengan Dollar ke Depkeu AS untuk diganti dengan Dollar, yang selanjutnya dikonversi dengan mata uang lokal (di negara masing-masing) dengan keuntungan sebesar 69%, tentu saja setelah dikurangi biaya transaksi.

Hingga tahun 1952 cadangan emas dunia mencapai 20.663 ton dan AS memiliki sekitar 33% dari seluruh emas di dunia dan lebih dari 65% dimiliki oleh pemerintah AS

Tetapi setelah tahun 1952, inflasi Dollar AS yang terus menerus, membuat dunia sadar bahwa $35 yang mereka miliki tidak lagi senilai 1 ounce emas. Penukaran Dollar yang masif terhadap emas, susutnya cadangan emas AS hingga 58% ke angka 8.584 ton hingga tahun 1972 .Pada tahun 1972 cadangan emas AS kurang dari yang pernah dimilikinya tahun 1935, tapi pada tahun 1972 jumlah Dollar yang beredar sekitar 10 kali lipat dari 1935 sebagaimana terukur dari perubahan M1( jumlah uang yang beredar di publik + Demand Deposit + Checkable Deposit + Traveler Check)

Kita tahu emas mengalami overvalued (estimasi harga yang terlalu tinggi) setidanya pasca tahun 1940 karena dunia mengkonversi emas ke dollar secepat yang mereka bisa. Kita juga tahu bahwa emas mengalami undervalued (estimasi harga yang terlalu rendah) setelah tahun 1952 karena dollar ditukar ke emas dengan kecepatan yang luar biasa pula. Cadangan emas AS bertahan pada posisi 20.000 ton sejak 1940, ketika emas mengalami overvalued hingga tahun 1952 ketika emas mengalami undervalued. Jadi antara tahun 1940 dan 1952 orang menduga emas “bernilai” $35 per ounce.

Perubahan dalam Consumer Price Index/CPI (indeks harga yang digunakan untuk mengukur harga kebutuhan pokok yang dibandingkan dengan basis periode tertentu) memberi kita ukuran bagaimana inflasi Dollar berakibat pada daya beli. Ini berarti kita dapat menentukan ketika emas benar-benar bernilai $35 per ounce dengan melihat bagaimana CPI berubah sejak 1933, ketika kita tahu harga emas terkoreksi pada harga $20,67.Dari tahun 1933 hingga 1947 CPI mengalami kenaikan 69%, jadi harga $20,67 pada tahun 1933 akan setara nilainya dengan $35 pada 1947

Hal ini berkaitan dengan aliran masuk emas ke Depkeu AS hingga 1950 (20.279 ton), mencapai puncak pada 1952 (20.663 ton) dan kemudian menurun drastis sebagai akibat inflasi yang dipicu oleh tingginya harga emas yang berakibat pada penukaran Dollar ke emas. Emas saat itu bernilai $35 per ounce tahun 1947 yang tentu masuk akal, yang terlihat dari aliran emas, dan divalidasi dari perubahan daya beli Dollar, sebagaimana terukur dari CPI.Oleh karena itu kita dapat mengambil kesimpulan harga emas sebenarnya adalah $35 pada tahun 1947.

Kita tidak mempertimbangkan inflasi emas antara 1933 dan 1947, sebagaimana asumsi bahwa produksi emas sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di AS secara umum, maka peningkatan produksi barang dan jasa secara implisit dihitung dari CPI yang juga mengakomodasi peningkatan produksi emas . Hal ini secara nyata tidaklah ideal. Sayangnya data M3 (jumlah peredaran uang dalam pengertian yang paling luas) hanya dapat ditelusuri mulai 1959, walaupun kita menemukan penelitian yang mengeksplorasi M3 tahun 1948. Sedangkan data CPI kita temukan mulai tahun 1913.

Dari 1947 hingga seterusnya bagaimanapun, M3 (yang mencerminkan Inflasi Dollar) dan produksi emas (inflasi emas) digunakan untuk mengkalkulasi harga emas yang seharusnya (theoretical gold price), mengacu formula yang telah dicantumkan di atas. Hasilnya sejak 1971 hingga seterusnya dapat dilihat dalam gambar berikut :


Berikut adalah perbandingan antara the theoretical gold price (harga emas secara teori) dan the actual gold price (harga emas aktual),untuk melihat seberapa dekat model dengan realitas.

Gold Window

Dengan derasnya penukaran Dollar ke emas (seiring dengan ketidakpercayaan pasar terhadap Dollar) memaksa Nixon menutup Gold Window (kaitan antara emas dan dollar pada kurs $35/ounce) pada tahun1971, sebagai upaya terakhir untuk mempertahankan sejumlah emas di Depkeu AS. Ketika dipaksa untuk memilih antara menahan emas atau Dollar, Nixon memilih emas. Maka dengan sendirinya memaksa kita untuk mengetahui berapa nilai emas sebenarnya saat itu.

Emas kini mengalami demonetisasi (pemutusan eksistensi emas dengan kaitannya terhadap Dollar) dan karena harganya tidak bisa dipertahankan pada kurs $35 per ounce, pasar dipaksa untuk menentukan berapa harga aktual dari emas itu sendiri. Karena kita tahu emas senilai $35 per ounce pada 1947, kita dapat menghitung berapa harga emas yang seharusnya pada tahun 1971, dan membandingkannya dengan harga sebenarnya terjadi di pasar.

Infasi Dollar dari 1947 hingga 1971, diimbangi dengan inflasi emas (meningkatnya produksi emas), yang berarti bahwa harga emas seharusnya mencapai $103 per ounce ketika Gold Window ditutup (lihat gambar), hampir tiga kali lipat dari harga resminya yaitu $35 Dollar per ounce. Dengan harga emas hanya sepertiganya, maka dia mesti mengakami kenaikan.

Tidak hanya kenaikan harga emas ini yang berjalan, tetapi inflasi selama 1970-an juga bak tersulut api mengikuti kenaikan harga emas . M3 mengalami kenaikan dua kali lipat dari 1971 hingga1978. Pada 1978 harga emas seharusnya mencapai $199 per ounce, dan pada kenyataannya harga emas adalah $193 per ounce.

Hal ini meyakinkan kita bahwa harga emas teoritis bertepatan dengan harga aktualnya pada 1978 : hal ini mengkonfirmasi bahwa basis harga emas $35 per ounce pada 1947 dapat dibenarkan, sehingga kita dapat katakan model ini bekerja dengan baik.

Tetapi bila Anda melihat gambar, Anda dapat mencatat bahwa harga emas akan melanjutkan kenaikannya melampaui apa yang diprediksi oleh model, dan tetap di atas harga teoritis hingga 1984.Mengapa?

bersambung



No comments: