www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, May 24, 2012

Antara Mark Weimar Republic, Dollar AS, Hingga Assignats


Chapter 84 – Penjual Obligasi (surat utang) berpropaganda dengan mengatakan “ 1 Dollar adalah 1 Dollar” seharusnya ditulis ulang bahwa “1 Dollar adalah (senilai) 3 sen”.

Karena kebanyakan orang, bankir, dan direktur perusahaan tidak pernah belajar teori mata uang, maka mereka menelan begitu saja umpan ketika penjual obligasi mengatakan kepada mereka bahwa “1 Dollar adalah 1 Dollar”. Sepotong kalimat propaganda itu seharusnya ditulis sbb : bahwa “ 1 Dollar adalah 3  sen”. Nilai nominal dollar secara resmi hanya bernilai tidak lebih dari  14 sen dari nilainya pada tahun 1940, sedangkan secara tidak resmi nilainya hanya 3 sen saja.
Apabila dihitung dengan nilai konstan dollar tahun 1940,  tidak lebih dari $1.380 berbanding dengan $46.000 utang pemerintah dan swasta per kapita. Lebih dari $46.620 telah dihancurkan nilainya oleh inflasi. Tetapi sedihnya, pemilik piutang tidak ingin mendengar berita ini. Mereka tidak ingin tahu bahwa obligasi yang diterbitkan pemerintah  mengalami penurunan nilai.
Sepanjang pengetahuan saya , tidak ada pemerintahan dalam sejarah telah membayar utang dalam mata uang dengan nilai yang sama dengan daya beli yang awalnya telah dipinjamkan rakyat kepada mereka. Orang selalu kehilangan uangnya dalam obligasi.Hal ini membuat saya marah.Penjual obligasi seharusnya dilemparkan ke East River. 

 -Tulisan di atas ditulis oleh Dr.Franz Pick seorang pakar mata uang internasional AS dalam bukunya “The Triumph of Gold” yang ditulis tahun 1985. Sedangkan foto di atas diambil dari majalah Time.
Sebuah foto dimana anak-anak perempuan dan orang tua sedang mengantri di loket sirkus dengan menukarkan sepotong roti dengan sehelai tiket. Saat itu di Republik Weimar ( sekarang Jerman ) tahun 1922 inflasi yang amat tinggi, menyebabkan mata uang Mark jatuh nilainya, hingga hampir tidak ada nilainya sama sekali. Kondisi ini diperparah ketika Jerman gagal membayar Reparations (semacam kompensasi kerugian perang) kepada seteru mereka sejumlah 100.000 ton emas.
 Nasib yang sama juga dialami Dollar , awalnya pada tahun 1913 nilai dollar setara dengan 1,555 gram emas, kemudian dia mengalami penurunan nilai hingga hanya senilai 0,888 gram emas, kini menjelang 1 Abad usianya 1 Dollar hanya dapat membeli 0,02 gram emas saja.
Begitu pula di Perancis, mereka mengalami krisis mata uang di abad 18. Assignats mata uang mereka kala itu, jatuh hingga hampir tidak bernilai. Ini diperparah ketika pemerintah mereka menaikkan utang hingga 25% seiring dengan penambahan pencetakan mata uang assignats. Sebuah kutipan dalam buku Fiat Money Inflation in France, How it Came, What It Brought, and How It Ended yang ditulis oleh Dr.Andrew Dickson White dari Cornell University menggambarkannya sbb :

"Seluruh bab yang panjang ini  menggambarkan kebodohan sistem finansial, berawal dari aksi nyata seseorang yang benar-benar tidak memiliki kecakapan finansial. Ini adalah kesalahan yang mematikan.Adalah benar bahwa politisi koboi dan para pemimpi mengambil peranan utama dalam mendesain sistem mata uang kertas saat itu; benar pula bahwa para spekulan dan praktisi finansial yang memiliki kepentingan membuat keadaan menjadi lebih buruk ; tetapi seorang lelaki yang bertanggung jawab dalam pemerintahan yang zalim dan yang telah membuat eksperimen ini, yang bagi kita begitu mengerikan, dalam rangka menyelamatkan kelompoknya dan menjerumuskan negaranya dalam bumihangus bencana finansial, yang dikenal luas sebagai ekonom paling "hebat dan jujur" di Eropa.  Cambon (Pierre-Joseph Cambon), dikelompokkan di kemudian hari dan hari ini sebagai pakar moneter pada masanya. Hasil yang membawa bencana karena keberaniannya dan teguh pendiriannya di tengah membanjirnya uang kertas menunjukkan batapa tidak berdayanya master finansial paling hebat itu dalam membendung bencana mata uang kertas itu ketika sistem moneter lain (berbasis emas) cukup mengalami kemajuan; dan betapa tidak bergunanya seluruh undang-undang yang mereka rancang melawan hukum asasi yang berlaku." 

Saat ini dunia sesungguhnya juga mengalami krisis yang sama, memang tidak separah di Jerman tahun 1922 atau Perancis abad 18, namun modus operandinya sama. Hal ini ketika sistem moneter tidak berbasis emas atau diputuskannya kaitan mata uang dengan emas. Maka dampaknya secara bertahap bisa fatal. Berbagai negara di abad ini telah merasakannya. Semoga negeri ini tidak mengalaminya untuk kesekian kalinya.

Sumber :

No comments: