www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Saturday, June 30, 2012

Turning Point of Gold

Di negara manapun di dunia, bank sentral hanya memiliki dua cadangan, pertama dalam bentuk uang kertas. kedua, dalam bentuk emas. Ada juga memang negara yang nol cadangan emasnya, karena tergerus untuk membayar utang atau membiayai ekonomi mereka.

Sekarang pertanyaannya kenapa bank sentral merasa perlu untuk menyimpan cadangan dalam bentuk emas? Padahal mereka sendiri tidak menerapkan sistem moneter berbasis emas. Karena emas akan digunakan setelah sistem moneter mereka yang berbasis fiat currency (mata uang kertas) kolaps. Sistem ini akan kolaps ketika bank melakukan ekspansi kredit yang berlebihan, melebihi cadangan dana mereka atau melebihi kemampuan mereka membayarnya kembali kepada para deposan.
Namun apabila kelebihan kredit ini dapat mereka tekan atau hilangkan, mereka akan kemabali melakukan operasi ini, dengan sistem Fractional Reserve Banking.

Ketika bank sentral di dunia juga memiliki cadangan dalam bentuk emas, secara tidak langsung  merupakan pengakuan bahwa sistem moneter yang adil  adalah berbasis emas.

Kebutuhan bank sentral akan emas juga semakin penting, ketika ekonomi dunia saat ini sedang dibayangi oleh kebangkitan inflasi masal akibat kebijakan pencetakan  uang dari awang-awang oleh pemerintah (dengan berbagai istilah seperti Bail Out, QE, dll ) untuk menutupi krisis ekonomi dan utang baik di AS maupun Eropa.

Indikasi hal ini terlihat dari trend bank sentral seluruh dunia saat ini sebagai net buyers dari emas. Dengan kata lain, bank sentral saat ini membeli emas lebih banyak dibanding menjualnya. Ini juga sebagai sinyal melemahnya intervensi bank sentral untuk menekan harga emas melalui sudden sell- offs cadangan emas mereka. Dengan harga emas saat artikel ini ditulis senilai $1.598/oz, hal ini dapat menjadi turning point harga emas akan kembali naik lebih tinggi di masa depan. 

wallahu 'alam

Inflation in History


Dalam sejarah, inflasi telah berumur berabad-abad. Yang menarik salah satu faktor penyebab inflasi adalah pengalihan dari uang komoditas (emas dan perak) kepada uang fiat atau kertas. Di Amerika Serikat indek CPI (indeks harga seluruh barang dan jasa bagi konsumen tertentu) relatif stabil hingga pendirian the Fed tahun 1913, penghapusan sistem Gold Standard tahun 1933 dan pemutusan sistem Bretton Woods secara sepihak oleh AS tahun 1976. Sistem Bretton Woods adalah sistem dimana nilai dollar AS dikaitkan dengan nilai emas pada kurs tertentu.

Pada kurun waktu yang lebih awal lagi, di masa Romawi kuno, pada zaman kekaisaran Nero dan setelahnya, logam mulia yang bernama denarius terus menerus mengalami penurunan nilai, dari tadinya perak murni hingga hanya berkadar perak 2% saja.

Jenghis Khan, mencetak uang kertas, yang hanya dia dan pejabat tingginya saja yang berwenang mencetaknya, tetapi melalui beberapa periode, ekonomi mengalami penurunan dan pada akhirnya kekaisarannya terpecah belah. Akhirnya di Asia uang kertas di tinggalkan dan diperkenalkan kembali di Eropa, sekitar 350 tahun kemudian.   

Pencetakan uang dibutuhkan untuk mendanai perang dalam skala besar. Hal ini tidak bisa dilakukan dalam sistem uang berbasis komoditas (seperti emas dan perak), dimana hanya dapat dicetak dalam jumlah terbatas saja.

Hiperinflasi mendahului kebangkitan Mao di Cina dan gerakan Sosialis Nasional di Jerman. Devaluasi mata uang yang dahsyat diasosiasikan dengan situasi sebelum dan sesudah kejatuhan Uni Soviet dan Yugoslavia. Berulangkali, penderitaan masal akibat perampokan kesejahteraan melalui pelumeran nilai dari uang. Proses ini mentransfer kesejahteraan dari pemegang uang kepada kekuatan yang mencetaknya.

Harga barang perlahan  bergerak di awal peredaran resmi dari mata uang ini yang melebihi stok barang. Mereka yang tidak terlibat dalam  ini, hanya dapat menghadapi biaya hidup yang makin tinggi dengan penghasilan yang relatif tetap. Kerusuhan dan kejahatan massal dengan alasan pelampiasan rasa kecewa akibat beban hidup yang makin menghimpit. Pihak berwenang kemudian memberlakukan hukum untuk menekan prilaku ini, seperti kontrol terhadap upah dan harga. Salah satu contoh terkenal adalah kode Hammurabi di masa Babylonia kuno. Dalam setiap kasus sepanjang sejarah, dekrit ini berlaku dengan kedok keadilan, tetapi pada kenyataannya mereka hanya menyembunyikan dan mempertahankan beban parasit dari hak istimewa segelintir kelompok masyarakat.

Ada pola moneter yang paralel dengan kebangkitan Republik  dan kejatuhan Kerajaan. Awalnya, uang merupakan komoditas fisik. Pencetakan uang komoditas ini kemudian terkonsentrasi pada orang atau lembaga yang menerbitkan sertifikat pengganti uang komoditas ini. Alasan dari kebijakan ini adalah agar mereka dapat meminjamkan uang lebih banyak dari apa yang dijaminkan.  Dalam istilah modern, ini mengacu pada fractional reserve banking. Kebijakan ini memberi izin pada bank untuk meminjamkan uang secara berlipat ganda dibanding uang yang mereka punya sebenarnya. Ini dapat memberi mereka pemasukan yang amat besar dengan sistem bunga berbunga. Kadang-kadang, ini mengarah pada kepanikan publik ketika terjadi rush dari uang sertifikat (atau uang kertas pada masa kini) diganti dengan komoditas (emas dan perak misalnya) ketika mereka sadar, skema ini pada dasarnya adalah sebentuk kecurangan dan penipuan.
 
Kita hidup di tengah-tengah versi modern dari modus ini. Dalam proses yang lama dan terus menerus, kita sekarang  menganggap uang kertas tidak sebagai sertifikat pengganti uang, tetapi sebagai uang itu sendiri. Bank meminjamkan uang dalam jumlah besar berbasis cadangan uang kertas. Bank sentral siap berdiri di belakang untuk mencetak sejumlah besar uang baru yang diperlukan untuk menghindari kepanikan publik. 

Hal ini hanya akan berakhir dengan penurunan nilai mata uang secara sempurna . Pada abad 20, banyak mata uang yang telah mengalami nasib ini, diantaranya :


Mata Uang
Tahun
Krone Austria
1923
Ruble Rusia
1922
Mark Jerman
1923
Marka Polandia
1923
Krone Austria
1923
Korona Hungaria
1926
Real Brazil
1942
Drachma Yunani
1944
Pengo Hungaria
1946
Leu Rumania
1947
Yuan Cina
1948
Yuan Taiwan
1949
Renminbi Cina
1955
Cruzeiro Brazil
1967
Escudo Chili
1973
Peso Argentina
1983
Shekel Israel
1984
Peso Bolivianos Bolivia
1984
Soles de Oro Peru
1984
Cruzeiro Novo Brazil
1986
Cruzado Brazil
1989
Cordoba Nikaragua
1990
Inti Peru
1990
Dinar Yugoslavia
1990
Kwanza Angola
1995
Australes Argentina
1992
Ruble Rusia
1992
Zloty Polandia
1993
Dinar Yugoslavia
1993
Zaires Zaire
1993
Dinar Bosnia dan Herzegovina
1993
Cruzado Novo Brazil
1993
Kupon Georgoa
1993
Dinar Yugoslavia
1994
Ruble Belarusia
1994
Karbovanet Ukraina
1995
Lev Bulgaria
1997
Zaires Zaire
1998

Hiperinflasi bukanlah sebuah peristiwa ganjil yang tanpa sebab. Ini adalah langkah terakhir bank sentral  untuk melakukan pencetakan uang.

Thursday, June 28, 2012

India kemungkinan akan Melarang Penjualan Koin Emas oleh Bank

 

IMPORTS OF GOLD AND SILVER
  • April-December 2009
    $19.26 billion
  • April-December 2010
    $29.50 billion
  • April-December 2011
    $45.76 billion
Source: RBI

The Reserve Bank of India (RBI)  kemungkinan akan melarang penjualan koin emas melalui bank, ditengah-tengah kenaikan impor emas yang menekan defisit neraca perdagangan India dan melemahkan Rupee.

The Banking Regulation Act tidak mengizinkan bank untuk terlibat dalam perdagangan komoditas dan hanya berperan sebagai lembaga intermediari finansial semata. Aturan ini diperlonggar sebelum tahun 2008 ketika India melihat arus masuk dollar yang mengakibatkan nilai Rupee melemah. Sebagai langkah sterilisasi arus masuk dollar, maka bank diizinkan untuk menjual emas, dimana mereka melakukan impor emas. Namun aturan ini sifatnya sementara saja.

“Bank diizinkan untuk menjual emas dengan cara mengimpornya, untuk melawan kelebihan arus masuk dollar. Dengan logika yang sama , aturan tersebut dapat dibatalkan ketika situasinya berbeda. Ini sifatnya hanya sementara saja, namun sayangnya bank ingin aturan ini tetap diberlakukan,” kata pejabat tinggi RBI.

Krisis di zona Eropa membuat investor melarikan asetnya ke bentuk yang lebih aman. Melemahnya ekonomi makro secara fundamental, seperti fiskal dan defisit neraca perdagangan menyebabkan investor menarik asetnya keluar dari India.

Dalam interaksi terakhir dengan para bankir India, bank sentral India kelihatannya tidak nyaman dengan praktik bank yang mendorong penjualan koin emas dan meminta mereka untuk memperlambatnya. Bagaimanapun juga, bank tidak menghentikan praktik tersebut, bahkan memberi insentif pegawainya untuk mendorong penjualan emas, dimana mereka mendapat margin Rs 100-150 per gram dari setiap penjualan emas.

Di India impor emas dan perak bernilai $61,5 miliar per akhir Maret-nail 44,4% dalam periode 2011-2012,  dimana dalam periode 2010-2011 naik sebesar 43,5%. Pada tahun 2011, India mengimpor 969 ton emas dibanding 958 ton pada tahun sebelumnya, menurut data yang disusun oleh World Gold Council . Nilai impor selama 2011-2012 sekitar $60 miliar. Bagaimanapun menurut data yang dirilis pemerintah, impor emas dan perak pada bulan April dan Mei 2012 turun tajam ke angka $4,3 miliar, dibanding $9,2 miliar pada tahun lalu.

Gubernur RBI, D Subbarao sejak awal mengatakan bahwa bank sentral memperhatikan masalah kenaikan impor emas ini dan telah membentuk komite yang dikepalai oleh pejabat setingkat direktur eksekutif untuk meneliti penyebabnya.

sumber : http://business-standard.com/india/news/central-bank-likely-to-impose-curbsgold-coin-sale/478620/

Tuesday, June 26, 2012

5 Reasons Why Gold Will Rise


Judul di atas tentu menarik di tengah menurunnya harga emas saat ini. Tulisan ini berasal dari situs Blanchard, Gold Standard for Intelligent Investor mengenai 5 alasan kenapa harga emas akan naik sbb :

1. Economy
Berapa kali Anda mendengar kalimat “tidak (lagi) sejak Great Depression” dikaitkan dengan iklim ekonomi saat ini? Ini sesuai, sebab AS telah mengalami krisis paling parah dan paling lama sejak 1930-an. Basis industri AS dialihkan ke luar negeri, dan hanya sedikit lapangan kerja yang berhasil dibuka oleh sektor industri jasa maupun pemerintah. Tingkat pengangguran mencapai 10%, dan  satu dari setiap 8 penduduk AS mendapat jatah kupon makanan. Tingginya risiko nilai membayangi pasar saham. Ledakan ekonomi 2008 menghancurkan nilai properti real-estate, dan membutuhkan  $ 1 triliun Dollar bail-out untuk memulihkan bank-bank investasi yang katanya too big too fail itu. Fannie Mae dan Freddie Mac berada dalam pengawasan AS agar tetap hidup, bersama dengan General Motors. Pemerintah AS telah jatuh dalam jurang raksasa dari defisit multi triliun dollar, dan tidak akan keluar dari jurang tersebut tanpa meningkatkan pajak dan penghematan anggaran. Sementara itu, bom waktu utang AS sudah meledak di beberapa kota besar dan negara bagian di AS.

2. Fears
Krisis utang pemerintah di Islandia dan Yunani mulai merambah ke seluruh penjuru dunia. Investor yang khawatir mulai memindahkan asetnya dari euro dan mata uang lemah lainnya ke emas. Bursa saham kembali naik dari kejatuhannya tahun 2008-2009 lalu, namun beberapa analis mengatakan saham telah mengalami overbought (situasi dimana harga saham naik dengan sangat tinggi pada level tertentu yang berada pada batas atasnya, sehingga tidak lama lagi akan kembali turun ) dan karenanya akan mengalami penurunan tajam. Sementara itu perang terus berlanjut di Timteng, Asia, dan di beberapa negara, yang tentu membutuhkan biaya besar bagi rakyat AS.

3. Demand
The Federal Reserve telah menjaga tingkat suku bunga hampir nol persen, dengan tidak ada tanda-tanda kenaikan di masa depan, oleh karenanya merendahkan opportunity cost (biaya yang timbul karena memilih suatu investasi dengan mengabaikan investasi yang lain) untuk orang membeli emas. Dan investor meresponnya dengan permintaan yang luar biasa, hingga memaksa US Mint (pencetakan koin emas AS) menambah produk emasnya untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Terlepas dari itu nilai emas tidak  berasal dari aplikasi industri tetapi dari penerimaannya yang luas sebagai store of value (penyimpan nilai). Sebagaimana orang kehilangan kepercayaan terhadap mata uang kertas, kehebohan permintaan emas akan terus meningkat berlipat ganda. Juga permintaan emas dari bank sentral dunia, yang secara trend umum telah berbalik dari tadinya sebagai net sellers (menjual emas lebih dibanding membelinya) menjadi net buyers (membeli emas lebih dibanding menjualnya). Begitu pula bank sentral Cina, India dan Rusia terus membeli emas sebagai cadangan mereka. Beijing tidak hanya mengalihkan cadangan devisanya dalam bentuk dollar ke emas, tetapi juga mendorong miliaran penduduknya untuk membeli emas.

4. Reflation
Emas bermanfaat untuk mengobati inflasi. Pada beberapa hal, pasar menghentikan perhatiannya dari deflasi dan beralih pada inflasi. The Fed, Bank Sentral Eropa, Bank Nasional Swiss, dan Bank Inggris menambah neraca keuangannya. Pertumbuhan suplai uang dalam jumlah besar yang digelontorkan secara sistemik yang tentu akan memicu inflasi yang buruk.  Walaupun inflasi saat ini belum terlihat, paket-paket stimulus ekonomi dan bail-out yang berarti lebih banyak uang yang beredar dalam sistem ekonomi, yang akan berdampak inflationary. Secara historis tingkat suku bunga AS yang rendah (mendekati nol persen), lemahnya dollar AS, dan inflasi jangka panjang akan menekan the Fed membanjiri ekonomi dengan triliyunan dollar  yang membentuk iklim yang bagus bagi emas dan aset yang bersifat fisik lainnya. Permintaan yang besar akan emas, membuat perusahaan pencetakan koin emas  bekerja lebih untuk memenuhi kebutuhan pasar. Karena efek inflationary dari bail-out pemerintah,  analis menyatakan bahwa ketika harga emas mencapai $1.500/oz  ini hanya awal saja, bukan akhir (pergerakan harga) .

5. The Dollar
Dollar saat ini tengah menuai untung dari pelarian modal  aset berisiko khususnya di Eropa. Ini menjadi sebuah kejutan dari orang-orang yang berharap pemerintah AS menambah belanja negara dan kolapsnya ekonomi AS akan melumpuhkan dollar. Dalam jangka panjang, keperkasaan dollar tetap bergantung pada ketertarikan dunia terhadap aset  Amerika, yang akan melemah seiring dengan goyahnya ekonomi dan terus berlanjutnya kebijakan pemerintah untuk menambah suplay uang. Lemahnya dollar, likuiditas yang berlimpah dan kebijakan reflation akan tetap menjadi isu utama kedepan. Kebijakan fiskal yang massif dan stimulus  moneter telah melemahkan dollar, yang faktor utamanya berasal dari krisis utang Eropa. Ketika beban utang AS (AS adalah negara dengan total utang terbesar di dunia) telah melampaui batas, pelemahan dollar sebagai mata uang akan menjadi cermin bagi semua (mata uang dunia lainnya), dan perannya sebagai mata uang utama di dunia berada dalam status bahaya.

Gold Prices: Expect a New Breakout
Kita berharap lonjakan harga emas berikutnya, ketika dollar melemah lebih jauh lagi dan ketika kebijakan reflationary menghasilkan daya tarik ekonomi.Harga emas saat ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal jauh berada di depan kondisi deflasi. Kondisi likiuditas akan menjadi lebih mudah dan lebih mudah lagi. Kondisi seperti ini akan konsisten dengan kenaikan harga emas lebih tinggi lagi, dan kita akan melihat harga emas akan naik lebih tinggi lagi, dengan tembusnya harga emas menjadi $1.500/oz  hanya permulaan saja.