www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, June 26, 2012

5 Reasons Why Gold Will Rise


Judul di atas tentu menarik di tengah menurunnya harga emas saat ini. Tulisan ini berasal dari situs Blanchard, Gold Standard for Intelligent Investor mengenai 5 alasan kenapa harga emas akan naik sbb :

1. Economy
Berapa kali Anda mendengar kalimat “tidak (lagi) sejak Great Depression” dikaitkan dengan iklim ekonomi saat ini? Ini sesuai, sebab AS telah mengalami krisis paling parah dan paling lama sejak 1930-an. Basis industri AS dialihkan ke luar negeri, dan hanya sedikit lapangan kerja yang berhasil dibuka oleh sektor industri jasa maupun pemerintah. Tingkat pengangguran mencapai 10%, dan  satu dari setiap 8 penduduk AS mendapat jatah kupon makanan. Tingginya risiko nilai membayangi pasar saham. Ledakan ekonomi 2008 menghancurkan nilai properti real-estate, dan membutuhkan  $ 1 triliun Dollar bail-out untuk memulihkan bank-bank investasi yang katanya too big too fail itu. Fannie Mae dan Freddie Mac berada dalam pengawasan AS agar tetap hidup, bersama dengan General Motors. Pemerintah AS telah jatuh dalam jurang raksasa dari defisit multi triliun dollar, dan tidak akan keluar dari jurang tersebut tanpa meningkatkan pajak dan penghematan anggaran. Sementara itu, bom waktu utang AS sudah meledak di beberapa kota besar dan negara bagian di AS.

2. Fears
Krisis utang pemerintah di Islandia dan Yunani mulai merambah ke seluruh penjuru dunia. Investor yang khawatir mulai memindahkan asetnya dari euro dan mata uang lemah lainnya ke emas. Bursa saham kembali naik dari kejatuhannya tahun 2008-2009 lalu, namun beberapa analis mengatakan saham telah mengalami overbought (situasi dimana harga saham naik dengan sangat tinggi pada level tertentu yang berada pada batas atasnya, sehingga tidak lama lagi akan kembali turun ) dan karenanya akan mengalami penurunan tajam. Sementara itu perang terus berlanjut di Timteng, Asia, dan di beberapa negara, yang tentu membutuhkan biaya besar bagi rakyat AS.

3. Demand
The Federal Reserve telah menjaga tingkat suku bunga hampir nol persen, dengan tidak ada tanda-tanda kenaikan di masa depan, oleh karenanya merendahkan opportunity cost (biaya yang timbul karena memilih suatu investasi dengan mengabaikan investasi yang lain) untuk orang membeli emas. Dan investor meresponnya dengan permintaan yang luar biasa, hingga memaksa US Mint (pencetakan koin emas AS) menambah produk emasnya untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Terlepas dari itu nilai emas tidak  berasal dari aplikasi industri tetapi dari penerimaannya yang luas sebagai store of value (penyimpan nilai). Sebagaimana orang kehilangan kepercayaan terhadap mata uang kertas, kehebohan permintaan emas akan terus meningkat berlipat ganda. Juga permintaan emas dari bank sentral dunia, yang secara trend umum telah berbalik dari tadinya sebagai net sellers (menjual emas lebih dibanding membelinya) menjadi net buyers (membeli emas lebih dibanding menjualnya). Begitu pula bank sentral Cina, India dan Rusia terus membeli emas sebagai cadangan mereka. Beijing tidak hanya mengalihkan cadangan devisanya dalam bentuk dollar ke emas, tetapi juga mendorong miliaran penduduknya untuk membeli emas.

4. Reflation
Emas bermanfaat untuk mengobati inflasi. Pada beberapa hal, pasar menghentikan perhatiannya dari deflasi dan beralih pada inflasi. The Fed, Bank Sentral Eropa, Bank Nasional Swiss, dan Bank Inggris menambah neraca keuangannya. Pertumbuhan suplai uang dalam jumlah besar yang digelontorkan secara sistemik yang tentu akan memicu inflasi yang buruk.  Walaupun inflasi saat ini belum terlihat, paket-paket stimulus ekonomi dan bail-out yang berarti lebih banyak uang yang beredar dalam sistem ekonomi, yang akan berdampak inflationary. Secara historis tingkat suku bunga AS yang rendah (mendekati nol persen), lemahnya dollar AS, dan inflasi jangka panjang akan menekan the Fed membanjiri ekonomi dengan triliyunan dollar  yang membentuk iklim yang bagus bagi emas dan aset yang bersifat fisik lainnya. Permintaan yang besar akan emas, membuat perusahaan pencetakan koin emas  bekerja lebih untuk memenuhi kebutuhan pasar. Karena efek inflationary dari bail-out pemerintah,  analis menyatakan bahwa ketika harga emas mencapai $1.500/oz  ini hanya awal saja, bukan akhir (pergerakan harga) .

5. The Dollar
Dollar saat ini tengah menuai untung dari pelarian modal  aset berisiko khususnya di Eropa. Ini menjadi sebuah kejutan dari orang-orang yang berharap pemerintah AS menambah belanja negara dan kolapsnya ekonomi AS akan melumpuhkan dollar. Dalam jangka panjang, keperkasaan dollar tetap bergantung pada ketertarikan dunia terhadap aset  Amerika, yang akan melemah seiring dengan goyahnya ekonomi dan terus berlanjutnya kebijakan pemerintah untuk menambah suplay uang. Lemahnya dollar, likuiditas yang berlimpah dan kebijakan reflation akan tetap menjadi isu utama kedepan. Kebijakan fiskal yang massif dan stimulus  moneter telah melemahkan dollar, yang faktor utamanya berasal dari krisis utang Eropa. Ketika beban utang AS (AS adalah negara dengan total utang terbesar di dunia) telah melampaui batas, pelemahan dollar sebagai mata uang akan menjadi cermin bagi semua (mata uang dunia lainnya), dan perannya sebagai mata uang utama di dunia berada dalam status bahaya.

Gold Prices: Expect a New Breakout
Kita berharap lonjakan harga emas berikutnya, ketika dollar melemah lebih jauh lagi dan ketika kebijakan reflationary menghasilkan daya tarik ekonomi.Harga emas saat ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal jauh berada di depan kondisi deflasi. Kondisi likiuditas akan menjadi lebih mudah dan lebih mudah lagi. Kondisi seperti ini akan konsisten dengan kenaikan harga emas lebih tinggi lagi, dan kita akan melihat harga emas akan naik lebih tinggi lagi, dengan tembusnya harga emas menjadi $1.500/oz  hanya permulaan saja.  

No comments: