www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, August 20, 2013

India dan Indonesia Gagal Menjaga Mata Uangnya



India and Indonesia terjebak dalam penurunan mata uang mereka yang begitu cepat hari Senin lalu (19/8), dimana Rupee dan Rupiah jatuh dengan tajam terhadap Dollar AS, diduga karena aksi lepas saham di lantai bursa.

Rupee India terus menurun tanpa henti, menembus angka terendah dalam sejarah terhadap Dollar AS dan menggagalkan rencana pemerintah untuk menenangkan pasar keuangan yang rapuh.

Rupee menyentuh angka terendah Rs62.70 di siang hari,  turun di bawah level terendah sebelumnya hari Jumat di angka 1,7% . Pada hari Senin indeks Sensex sebagai patokan nilai saham turun 2,3 %.

Rupiah Indonesia jatuh 2% , sehingga memicu indeks  saham utama terkoreksi 5,6%. Data yang dirilis hari Jumat (16/8) oleh Bank Indonesia menunjukkan defisit neraca berjalan Indonesia semakin melebar di kwartal kedua sebesar 4,4% dari GDP. Sehingga dalam setahun ini saja Rupiah sudah turun 14% terhadap Dollar AS

Seperti India, Indonesia bergantung dari modal luar negeri untuk mendanai defisitnya. Namun investor internasional telah menarik dananya dari negara-negara berkembang sejak Mei lalu, di tengah harapan AS  mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk membantu negara-negara berkembang.

Rupee India telah menyusul Dollar Australia dan Yen Jepang di jajaran kinerja mata uang terburuk di kawasan Asia tahun ini, dimana telah jatuh 12% terhadap Dollar AS. Di tingkat global hanya Real Brazil dan Rand Afrika Selatan yang mencatat penurunan nilai yang lebih besar.

Rangkaian intervensi oleh Bank Sentral India di pekan-pekan terakhir ini bertujuan untuk menjaga pasar obligasi mereka agar tidak jatuh terlalu jauh.

Selama akhir pekan lalu sejumlah pejabat tinggi negara termasuk PM India Manmohan Singh mencoba menenangkan kekhawatiran investor dari dua hal yaitu melemahnya pertumbuhan ekonomi dan melebarnya jurang defist neraca berjalan yang akan mendorong ekonomi India ke titik kritis.

Terlebih lagi, pemerintah melonggarkan kontrol modal investor asing, yang diikuti dengan serangkaian peraturan yang membatasi arus modal bagi institusi domestik sehingga menyebabkan pasar lebih berhati-hati. Derasnya arus modal dari luar negeri (khususnya dalam Dollar AS) akan segera menggerus mata uang domestik India. 

"Saya tidak pernah melihat kepercayaan diri ekonomi India sedemikian rendah, terutama pada perusahaan-perusahaan domestik." kata seorang investor internasional pada sebuah institusi global yang tidak ingin disebut namanya.

"Tetapi masalahnya adalah tidak ada yang benar-benar bisa yang dilakukan oleh mereka (pemerintah) saat ini, mengingat semua ini terjadi akibat pasar global...Pemerintah dapat menghindari situasi yang makin memburuk dimana mereka gagal pekan lalu, namun sekarang semuanya sudah amat terlambat untuk menghentikan ini. Jurang defisit neraca berjalan sudah tinggi dan kepercayaan diri mereka telah hilang."

India saat ini menghadapi rangkaian pilihan kebijakan yang rumit, mengingat setiap langkah untuk memperbaiki masalah yang mendasar dari defisit neraca dapat menjadi bumerang, dan butuh beberapa bulan baru bisa dilihat hasilnya, sementara kepercayaan pasar terus turun dengan cepat, kata seorang analis. 

"Turbulensi ini akan terus berlanjut dalam jangka pendek, namun kekacauan yang terjadi Jumat pekan lalu benar-benar dipicu oleh kekhawatiran bank sentral India (RBI) untuk melakukan kontrol modal asing," kata Shubhada Rao, ekonom senior Yes Bank di Mumbai. "Saya pikir hal ini berlebihan...tetapi masalahnya adalah ketika India mencoba untuk memperbaiki defisit neracanya dan ini butuh waktu lama, pasar sudah bereaksi cepat dengan berita hanya dalam semalam."

No comments: