Tepat 5 tahun yang lalu di bulan ini, the Fed meresmikan kebijakan pencetakan uang yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Saat itu kita berada dalam krisis keuangan, kongres telah meloloskan undang-undang, the Troubled Asset Relief Program, untuk menahan agar sistem perbankan AS tidak terjun bebas. Dalam tiga bulan terakhir tahun 2008 saja, hampir 2 juta rakyat  Amerika kehilangan pekerjaannya.
The Fed mengatakan ingin membantu- melalui progam baru berupa pembelian obligasi dalam jumlah besar. Ada target-target sekunder, tetapi kepala Bank Sentral Ben Bernanke menegaskan bahwa motivasi utama the Fed adalah untuk mempengaruhi kondisi kredit rumah tangga dan dan perusahaan : untuk menurunkan biaya kredit sehingga lebih banyak lagi orang Amerika terjebak dalam lumpur ekonomi. Untuk alasan ini, dia menyebut inisiatif ini dengan  "credit easing" (pelonggaran kredit).

Episode dari cerita ini bermula beberapa bulan berikutnya. Setelah bekerja di the Fed selama 7 tahun, hingga awal 2008, saya bekerja di Wall Street pada musim semi 2009 ketika saya mendapat terlepon yang tak terduga. Apakah saya bersedia kembali bekerja di lantai bursa the Fed? Pekerjaannya adalah mengelola quantitative easing pembelian obligasi yang amat royal- sebuah upaya liar untuk membeli $1,25 trilliun  dalam bentuk obligasi mortgage (pinjaman dengan jaminan property real estate) dalam 12 bulan. Hebatnya, the Fed mengontak saya untuk bertanya apakah saya bersedia memimpin stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah AS.
Ini adalah pekerjaan impian, namun saya ragu. Dan ini bukan saja kegugupan untuk mengambil sebuah tanggung jawab. Saya telaH meninggalkan the Fed dengan rasa frustrasi, menjadi saksi terhadap sebuah institusi yang menunda dan menunda kebijakannya terhadap Wall Street. Independensi adalah jantung setiap kredibilitas sebuah bank sentral, dan saya sampai pada keyakinan bahwa independensi the Fed telah terkikis. Pejabat senior the Fed,secara jujur telah mengaku membuat kesalahan dan beberapa pejabat tersebut telah menekankan kepada saya bahwa komitmen mereka terhadap Wall Street tidak berubah. Saya juga melihat betapa mereka membutuhkan bantuan. Saya mengalami lompatan iman.
Dalam sejarah hampir 100 tahun, the Fed tidak pernah membeli obligasi mortgage sekali pun. Kini program saya adalah membeli begitu banyak obligasi melalui perdagangan tanpa kertas yang aktif, dimana secara konstan berisiko ketika harga naik terlalu tinggi dan menghancurkan kepercayaan global sebagai kunci pasar finansial. Kami bekerja keras untuk mempertahankan persepsi publik bahwa the Fed tahu apa yang sedang dilakukan.
Itu tidaklah lama sebelum keraguan lama saya kembali muncul. Meskipun the Fed beretorika, program saya tidaklah membantu untuk membuat kredit mudah diserap bagi kebanyakan orang Amerika. Bank hanya mampu menggelontorkan kredit yang lebih kecil dan lebih kecil lagi. Secara sembunyi-sembunyi, berapapun kredit yang mereka perpanjang tidaklah menjadi lebih murah. QE telah menurunkan biaya bagi bank untuk memberi pinjaman, tetapi Wall Street mengantongi sebagian besar uang yang berlebih.
Dari bawah, bebarapa manajer the Fed juga mulai berteriak bahwa QE tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Tetapi peringatan tersebut dianggap angin lalu. Pada masa silam, pemimpin the Fed-walau seringkali keliru-selalu dibayangi kekhawatiran mengenai biaya versus keuntungan di setiap keputusan penting. Kini yang mereka perhatikan adalah  survey terbaru dari ekspetasi pasar finansial atau komentar terkini dari bankir ternama Wall Street dan manajer investasi. Tidak dari pembayar pajak AS.

Putaran pertama dari QE berakhir pada 31 Maret 2010. Hasil akhir mengkonfirmasi bahwa walau hanya ada sedikit pengaruh saja terhadap aktivitas ekonomi Amerika, pembelian obligasi oleh bank sentral  AS  merupakan kudeta yang nyata terhadap Wall Street. Bank tidak mendapatkan keuntungan dari  rendahnya biaya untuk menggelontorkan pinjaman. Mereka juga menikmati capital gain (keuntungan penjualan surat berharga) yang besar dari naiknya nilai sekuritas dan komisi yang besar dengan menjadi broker pada sebagian besar transaksi QE.Wall Street telah mengalami keuntungan terbesar yang pernah ada tahun 2009 dan demikian pula tahun 2010.

Anda berfikir the Fed akhirnya akan segera menghentikan kebijakan QE. Cobalah berfikir ulang. Hanya beberapa bulan kemudian- setelah pasar saham AS jatuh 14% dan menghambat kebangkitan sektor perbankan- the Fed mengumumkan putaran baru pembelian obligasi : QE2. Menkeu Jerman, Wolfgang Schäuble, segera menyebut keputusan tersebut "clueless"(kurang akal atau ilmu).

Itu ketika saya menyadari the Fed telah kehilangan kemampuan untuk berfikir independen terhadap Wall Street. Demoralisasi , dan kemudian saya pindah dari the Fed ke sektor swasta.

Dimana kita hari ini? The Fed tetap membeli sekitar $85 miliar obligasi bulan ini. Selama 5 tahun, pembelian obligasi telah mencapai angka lebih dari  $4 trilliun. Luar biasa, di sebuah negara yang menganut pasar bebas, QE telah menjadi intervensi pasar finansial terbesar oleh sebuah pemerintahan sepanjang sejarah.

Dan akibatnya? Bahkan dengan perhitungan the Fed paling bagus sekalipun, agresif QE selama 5 tahun hanya menghasilkan sedikit poin persentase saja bagi pertumbuhan ekonomi Amerika. Sebaliknya, para pakar di luar the Fed, seperti  Mohammed El Erian dari the Pimco investment firm, menduga the Fed telah merekayasa dan membelanjakan lebih dari $4 trilliun untuk return invetasi sebesar 0,25% dari GDP.

Sekalipun Anda adalah Wall Street. Setelah dilanda ratusan miliar dollar dari subsidi buram the Fed, perbankan AS melihat harga saham kolektif mereka naik tiga kali lipat sejak Maret 2009. Salah satu yang terbesar telah menjadi sebuah kartel dimana 0,2% dari mereka kini menguasai 70% dari aset perbankan Amerika.
Dan bagi negara di luar Amerika. Selamat. Karena QE secara terus menerus telah memompa uang ke dalam pasar finansial selama 5 tahun terakhir, yang telah membunuh urgensi Washington untuk menghadapi krisis yang sebenarnya : Ekonomi AS secara struktural tidak sehat. Benar, pasar finansial telah menunjukkan kenaikan nilai yang spektakuler, namun hingga berapa lama? Para pakar seperti  Larry Fink dari the BlackRock investment firm menyebut kondisi ini seperi  "bubble"  (gelembung atau balon) . Sementara itu, negara tetap bergantung pada  Wall Street untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Bahkan ketika kelemahan QE di ketahui, direktur the Fed Bernanke berpendapat bahwa  kebijakan tersebut adalah lebih baik dari pada tidak melakukan apa-apa. Implikasinya adalah the Fed patuh pada kompensasi bagi tidak beroperasinya pemerintahan AS. Patut menjadi catatan : the Fed telah menggiring Wall Street menjadi kebijakan "too big to fail" berikutnya.