www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, January 20, 2014

Can Paper Bring Prosperity?

JULIA: Selamat datang di acara malam ini. Saya Julia Sanders. Telah hadir bersama kita Mr. Thomas Hughes. Senang bisa bersama Anda malam ini.

THOMAS: Terima kasih Julia. Senang bisa berada disini.

JULIA: OK. Jadi kita akan membahas tentang uang.

THOMAS: Ya, ini adalah tema yang sangat menarik. Awalnya, hanya ada komoditas, dan orang bertransaksi dengan barter sesuai jumlah yang mereka butuhkan masing-masing. Pada tingkat yang lebih dasar lagi, uang adalah alat tukar. Sesuatu yang bernilai dapat menjadi uang. Dan juga berperan sebagai penyimpan nilai, dan satuan nilai.

JULIA: Jadi apa yang selama ini digunakan orang sebagai uang ?
THOMAS: Di seluruh dunia, ada beberapa komoditas yang digunakan sebagai uang, alat tukar yang dapat diterima semua orang. Dalam sejarah manusia kerang, manik-manik, dan tembakau, pernah berperan sebagai uang. Kata salary sebenarnya berasal dari bahasa Latin 'salarium' yang berarti garam.

JULIA: Garam pernah menjadi uang?

THOMAS: Ya, garam digunakan pada masyarakat Mediteranian sebelum muncul uang koin. Pada kelompok kecil di kepulauan pasifik selatan, batu yang berukuran besar juga digunakan sebagai uang.

JULIA: Mereka  menggunakan batu sebagai uang?
THOMAS: Ya, di kepulauan Yap sebuah jenis dari batu kapur pernah digunakan sebagai uang. Batu ini langka dan terdapat di Palau sekitar 250 mil ke arah barat daya. Batu ini diperoleh dengan risiko tinggi, seringkali harus mengorbankan nyawa. Batu-batu ini bernilai amat tinggi bagi penduduk pulau. Gambarnya sebagai berikut.

Countries included in analysis 


JULIA: Dan apa yang terjadi?

THOMAS: Seorang pengusaha Irlandia-Amerika mengalami kecelakaan kapal di sana tahun 1874. Dia mempelajari keunikan ekonomi di pulau tersebut. Dan mengendus peluang  bisnis yang menguntungkan. Maka setahun kemudian dia kembali, membawa kapal penuh muatan batu kapur. Dia menukar batu kapur dengan berbagai produk yang dihasilkan penduduk pulau.

JULIA: Kedengarannya kok lucu...
THOMAS: Well, mungkin ini seperti dongeng yang lucu bagi kita hari ini. Tetapi tidak bagi penduduk kepulauan Yap, ekonomi mereka hancur. Batu tersebut menjadi sedemikian banyak, hingga nilainya hancur. Mereka menemukan aset mereka menjadi jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya, setelah mereka menggunakan batu kapur yang dibawa orang asing itu sebagai alat tukar. Mereka masuk dalam jerat kemiskinan, walau mereka mempunyai uang lebih banyak dibanding sebelumnya. Mungkin ada pelajaran yang bisa kita ambil. Hari ini kita bertransaksi menggunakan uang kertas, kertas yang jumlanya amat melimpah sebagaimana batu kapur di kepulauan Yap.

JULIA: Jadi apakah Anda ingin mengatakan bahwa kita saat ini berada di antara gunungan kertas, tanpa aset sama sekali?

THOMAS: Itu sebuah kemungkinan, dan seseorang kadang tidak mengetahui sejarah secara sempurna melalui buku. Yang ingin saya sampaikan, inilah mengapa uang yang mempunyai nilai, satu sisi juga berperan sebagai penyimpan nilai (store of value). Ketika penduduk kep. Yap menemukan bahwa batu-batu tersebut tidak berperan sebagai penyimpan nilai. Dan jujur saja, demikian pula dengan uang kertas.

JULIA: Saya ingat ketika membaca tentang Hyperinflasi di Jerman. Satu gerobak penuh uang dibutuhkan untuk membeli sekerat roti. Orang memasukkan tungku api mereka dengan sejumlah uang kertas.
Countries included in analysis 
THOMAS: Weimar Jerman di awal 1920-an, mungkin menjadi contoh paling populer dari Hyperinflasi. Cina adalah negara pertama yang menggunakan uang kertas. Ini terjadi pada awal abad ke 9. Ketika Marco Polo kembali ke Eropa tahun 1295, dia secara rinci menjelaskan bagaimana kekaisaran Cina membuat uang kertas melalui proses yang sangat resmi. Keterangannya bahwa kertas dapat digunakan sebagai uang ditanggapi dengan ejekan dan omong kosong oleh orang-orang Eropa. Yang tidak diketahui oleh Marco Polo adalah  Cina porak poranda akibat Hyperinflasi setelah dia pergi.  Jadi yang  Marco Polo lihat adalah ketika Cina berada dalam kemakmuran yang luar biasa sebelum akhirnya hancur akibat proses penciptaan uang. Cina menghentikan penggunaan uang kertas pada pertengahan abad ke 15 dan tidak menggunakannya lagi hingga datangnya orang Eropa pada abad ke 19. Ketika kembali menggunakan uang kertas, Cina sekali lagi mengalami Hyperinflasi pada akhir 1940-an.

JULIA: Contoh lain ?

THOMAS: Banyak. Amerika Serikat telah mengalami Hyperinflasi dua kali- uang Kontinental selama perang kemerdekaan, dan uang Konfederasi selama perang Sipil. Perancis juga telah mengalami Hyperinflasi yang parah selama revolusi Perancis. Perancis juga pernah mengalami kekacauan ekonomi di awal 1720-an, ketika John Law mengajukan proposal uang kertas dengan maksud mengurangi utang Perancis. Law berpendapat industri dapat tumbuh dengan menggantikan emas dengan kredit dalam bentuk uang kertas, dan kemudian berencana untuk meningkatkan suplay kredit melalui pinjaman berbunga rendah. Untuk mengurangi utang nasional, dia menyarankan menggantikannya dengan saham dalam ventura ekonomi-kebijakan ini secara langsung berkontribusi terhadap  Mississippi Company bubble (Mississipi Company adalah perusahaan yang Law dirikan dalam rangka mengisi proposal ekonomi yang dia ajukan, dia kemudian menggelembungkan aset perusahaan di atas angka kewajaran sehingga terjadi bubble). Skema tersebut berantakan pada tahun 1722, ketika publik yang tidak puas mencoba menebus uang kertasnya dengan emas. Dan  bisa ditebak. Tidak ada cukup emas untuk menebus uang kertas mereka.
Countries included in analysis 

Pada akhirnya, saham the Mississippi Company tidak lagi bernilai. Ini menghanguskan kekayaan banyak orang kala itu.

JULIA: Kedengarannya seperti yang terjadi saat ini. The Federal Reserve telah mengambil alih utang (bad debt) kedalam neracanya, dan mereka mencetak uang untuk membeli obligasi depkeu AS sehingga tingkat bunga menjadi begitu rendah.

THOMAS:Seperti  yang Mark Twain pernah katakan, "history doesn't repeat itself, but it often rhymes."(Sejarah tidak dapat mengulangi dirinya sendiri, namun itu sering kali berulang).

JULIA: Menarik sekali. Terima kasih atas penjelasan Anda. Kami kini beralih ke pesan komersial.

                                                                         

No comments: