www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, September 30, 2014

Kembalikan Uang Kami


Ketika Presiden AS Nixon memutus kaitan Dollar dan Emas pada tahun 1971, saat itulah "petualangan" liar Dollar bermula.
Sebelumnya Dollar mesti dicetak seimbang dengan cadangan emas AS, dengan konversi 1 troy ounce emas setara dengan US$35. Kurs ini tidak boleh bergeser 1 sen pun, karena sudah menjadi kesepakatan internasional (terutama AS dan sekutu-sekutunya. Pada masa itu suplay Dollar pun stabil mengikuti emas yang dijaminkan. 

Namun apa yang terjadi ketika katitan itu diputus-paksa oleh Nixon? Mulailah tragedi moneter mengukir sejarah. Harga emas melonjak tajam, dan nilai Dollar terus mengalami penurunan  seiring suplay Dollar terus meningkat sejak 1971.

Rakyat AS dan dunia terus bergumul dengan penurunan nilai mata uang kertasnya dari dekade ke dekade. Maka tidak heran salah seorang Republikan di AS dari New Jersey Jeff Bell memfokuskan kampanyenya pada satu tema sentral  :  mengembalikan  Amerika Serikat kembali pada era gold standard yang telah diputus oleh Nixon 40 tahun silam.

Monday, September 29, 2014

Jalan Tol Sinyal Kecil Kebangkrutan Amerika

Di Amerika fenomena kebangkrutan tidak hanya menimpa dunia perbankan , perusahaan jalan tol pun mengalaminya. Belum lama ini sebuah laporan menyebutkan bahwa perusahaan jalan tol yang beroperasi di Indiana selatan antara Illinois dan Ohio yaitu the Indiana Toll-Road Co.telah mengajukan pailit. Laporan menyebutkan bahwa kebangkrutan ini disebabkan oleh utang, namun ada sesuatu yang lebih di balik itu.

Kata kuncinya ternyata bukan gagal bayar utang, namun menurunnya arus lalu lintas di Amerika Serikat. Koran the Financial Times menyebutkan bahwa sejak 2004 arus lalu lintas di AS menurun.  
Hal ini bisa dilihat dari data penurunan penjualan bensin dalam 7 tahun terakhir di bawah ini.

Apa artinya? Adanya penurunan laju kendaraan atau peningkatan efisiensi pengendara. Sehingga yang kemudian terjadi adalah penurunan penjualan bensin di Amerika. Hal ini merupakan sinyal bahwa ekonomi AS sedang mengalami penurunan yang dalam jangka menengah panjang juga akan melemahkan Dollar mereka. 

Ketika Dollar melemah maka aset riil akan mengalami nilai yang sebenarnya termasuk emas dan perak.




Monday, September 15, 2014

Ada apa di balik turunnya harga Dinar?

Harga emas begitu pula dinar, pekan-pekan terakhir ini demikian tertekan. Pagi ini harga emas internasional menyentuh angka $1,233.73/oz sedangkan Dinar mencapai titik terendahnya Rp 1.844.144 dalam tiga bulan terakhir. Ada apa di balik itu?

Kebijakan Bank Sentral Eropa

Menurut Peter Hug Direktur Global Trading Kitco, penurunan harga ini bermula Kamis pekan lalu, ketika Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan pemotongan tingkat suku bunga dan program pengucuran likuiditas (QE) di wilayah Uni Eropa (EU) ,  hal ini menimbulkan optimisme pasar dan membuat arus dana yang signifikan ke Dollar AS, sehingga memicu penguatan Dollar dan membuat tekanan terhadap emas. Dia mengatakan bahwa saat ini ada persepsi pasar bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan naik, dan melampaui kinerja ekonomi Eropa, ini menyebabkan mereka ramai-ramai mengalihkan dananya ke Dollar.

Data Makro Ekonomi AS

Dalam ekonomi Amerika ada indeks untuk mengukur kondisi bisnis di sektor industri atau The Manufacturing Purchasing Managers Index disingkat PMI.   Apabila indeks PMI diatas 50 maka menunjukkan adanya pertumbuhan aktivitas bisnis, dan sebaliknya apabila angkanya dibawah 50 artinya pertumbuhan bisnis sedang mengalami kontraksi atau bisnis sedang sepi. Data ini biasanya dihitung bulanan. Nah sepanjang tahun 2014 indeks PMI di Amerika selalu di atas 50, dan aktivitas bisnis pada Agustus lalu adalah yang tersibuk sejak April. Indeks ini menunjukkan geliat bisnis yang tinggi yang menunjukkan ada perbaikan ekonomi skala makro di AS. Hal ini mendorong penguatan Dollar.

Penguatan Dollar AS

Perbaikan makroekonomi AS mendorong penguatan Dollar, yang ditunjukkan dengan naiknya US Dollar Index terhadap sekelompok mata uang penting dunia dalam sekejap. Pada 1 September USD Indeks berada di angka 82,75 naik menjadi 84,28 tanggal 10 September.

Ketiga fakta di atas akurat namun prematur. Aliran dana yang besar dalam bentuk QE akan meningkatkan suplay uang dan tentu memicu inflasi, bila hal ini terjadi harga emas akan kembali naik karena daya beli uang mengalami penurunan.


Tuesday, September 9, 2014

Bank Sentral dan Timbangannya

Dalam ilmu Fisika ada acuan konstan sebagai patokan untuk mengamati fenomena alam, seperti mengukur kecepatan objek ketika jatuh, titik beku air, atau lama satu kali rotasi bumi pada porosnya. Sayangnya ilmu ekonomi dan dunia finansial memiliki kelemahan dalam hal ini. Ilmu ekonomi lebih mengacu pada asumsi, indeks, aproksimasi, averages dll yang mana akurasinya pun masih bisa dipertanyakan dalam dunia  nyata.

Kerajaan monarki kuno sering kali menutupi kelemahan ekonominya dengan menurunkan standar mata uang (koin) logam mereka, seperti menurunkan kandungan logam atau mengurangi timbangannya. Sehingga mereka dapat meningkatkan suplay uang mereka untuk belanja negara.
Akhirnya nilai pasar koin mereka tidak sama dengan nilai instrinsiknya. Hal inilah yang dipraktekkan negara-negara modern saat ini jauh lebih kreatif.

Bank sentral dunia menikmati betul praktek ini. Mereka mempunyai kepentingan yang besar agar sistem seperti ini tetap eksis, sistem moneter berbasis uang yang nilai pasarnya jauh berbeda dengan nilai bahan bakunya (intrinsik). Sehingga dunia saat ini tidak memiliki timbangan yang adil untuk mengukur nilai sesuatu seperti emas dan perak atau dinar dan dirham.

Untuk menjamin agar sistem ini tetap berjalan, mereka bersusah payah agar timbangan yang adil ini tidak naik ke permukaan. Yang mereka lakukan adalah terus mencetak uang dari awang-awang untuk melunasi utang-utang pemerintah yang nyaris gagal bayar, seraya terus melakukan kampanye hitam terhadap emas, dan komoditas lain (seperi minyak, pertanian, logam mulia lain) di saat harganya sedang turun seperti saat ini, yang tujuannya adalah agar dunia selamanya tidak memiliki timbangan yang adil dalam mengukur barang dan jasa. Sehingga dengan ini mereka ingin menjamin sistem moneter yang mereka bangun tetap eksis. 

Maka menjauhlah dari produk investasi finansial yang tidak ada kaitannya dengan sektor riil, mulai membangun  aktivitas sektor rill, sebelum pasar finansial kelihatan wajah aslinya.


Thursday, September 4, 2014

When the Dollar Die

Seluruh mata uang di dunia saat ini adalah turunan dari Dollar AS. Termasuk mata uang Ruble Rusia dan Yuan Cina. Selagi mata uang itu dapat digunakan untuk membeli Dollar, maka mata uang tersebut masih eksis. Rupiah masih dapat eksis, karena masih memiliki nilai atau masih dapat digunakan untuk membeli Dollar. Nilai Rupiah terhadap Dollar memang berubah-ubah, pada tahun 1970  nilai Rupiah per 1 Dollar adalah Rp415,-  44 tahun kemudian nilai Rupiah terus melorot menjadi Rp 11.000,-. Walau demikian Rupiah masih tetap eksis karena masih bisa digunakan untuk membeli Dollar.

Bagaimana dengan Dollar, bagaimana dia eksis? Dollar akan eksis selagi dia masih bisa digunakan untuk membeli sejumlah emas. Pada tahun 1970 nilai Dollar terhadap emas adalah $35,94 per troy ounce, saat ini sudah mencapai $1,272/ troy ounce. 

Ketika Rupiah akan berakhir eksistensinya kala tidak dapat digunakan membeli Dollar, maka Dollar akan hilang dari peredaran ketika dia tidak bisa digunakan untuk membeli emas. Kapan itu terjadi ? Sederhana saja, ketika nilainya sudah terlalu rendah atau nihil untuk membeli sejumlah emas, maka saat itulah Dollar akan tamat riwayatnya.

Ketika Dollar AS sebagai "orang tua" dari seluruh mata uang dunia hancur maka saat itulah emas dan perak atau Dinar dan Dirham akan kembali berlaku sebagai mata uang.