www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, October 23, 2014

Tantangan Cina kepada AS dan Sekutunya

Cina secara resmi akan meresmikan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang menelan dana $50 miliar  Jumat (24/10) besok. Hal ini merupakan tantangan bagi institusi keuangan global seperti World Bank (Bank Dunia)  yang didominasi Amerika dan sekutunya.

Namun para pendiri AIIB ini hanya 20 negara ekonomi kecil, yang sebagian besar dari mereka adalah negara sekutu Cina, mereka akan menjadi negara pendiri pada deklarasi Jumat esok di Beijing. Ini setelah Amerika matian-matian melobi negara lain agar tidak bergabung.

Ketika bersiap akan diluncurkan tahun lalu, Cina telah mengundang secara luas beberapa negara Eropa, Australia, Indonesia, dan Korea Selatan yang pada awalnya tertarik.

Namun karena tekanan AS--sebagaimana yang disampaikan oleh Diplomat AS di Beijing, Washington dan negara-negara lain- tidak satupun dari negara ini akan bergabung  pada tahap ini walaupun sebagian mereka berharap dapat terlibat di lain waktu.

Negara besar pertama yang akan bergabung adalah India, yang akan dikukuhkan pada perayaan di   Great Hall of the People di Beijing Jumat pagi.

Akan segara bergabung berikutnya adalahI Mongolia, Uzbekistan, Kazakhstan, Sri Lanka, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Oman, Kuwait, Qatar, dan seluruh anggota ASEAN kecuali Indonesia.
Indonesia belum bisa terlibat pada tahap ini, sebab masih dalam proses transisi kepemimpinan dan tidak cukup waktu untuk mempelajari  proposal Beijing.

The AIIB awalnya akan mendapat suntikan modal sebesar  $50 miliar, sebagian besar dana tersebut berasal dari Cina, yang berharap negara lain memberi kontribusi dana, sehingga total dapat mencapai $100 miliar lebih.

Jumlah tersebut hampir setara 2/3 dari total dana Asian Development Bank  (ADB) senilai  $165 miliar  dimana Cina melihat ADB terlalu dipengaruhi oleh Jepang dan AS.

Bank baru ini akan fokus membangun "jalan sutra baru"  untuk membuka rute dagang ke Eropa. Proyek ini termasuk didalamnya membangun jalur kereta api dari Beijing ke Baghdad.

China's push for a regional institution that it would control reflects Beijing's frustration at Western dominance of existing multilateral bodies.
For years Chinese leaders have demanded a greater say in institutions like the World Bank, IMF, and ADB but reforms to better reflect China's increased economic importance and power have been painfully slow.
Bank AIIB dan "BRIC" yang termasuk didalamnya  Brazil, Rusia, India,  Afrika Selatan, dan Cina merepresentasikan tantangan institusi serius pertama terhadap ekonomi global sejak kesepakatan Bretton Woods 70 tahun lalu pada musim panas ini," menurut Matthew Goodman, seorang sarjana pada Center for Strategic and International Studies diWashington.

sumber : http://www.gata.org/node/14605

No comments: