www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, October 20, 2015

Mengapa Eropa Takut Gelombang Pengungsi?

Pada tahun 376 M, sejumlah besar lelaki, perempuan, dan anak-anak sampai di Danube, wilayah perbatasan kekaisaran Romawi. Mereka adalah pengungsi Gothic yang mencari suaka, yang mengalami tekanan di daerah asalnya. Bagi mereka Romawi adalah impian, tempat masa depan yang menjanjikan berjuta harapan baru bagi mereka.Namun ternyata Romawi tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Setelah berbulan-bulan mendiami Romawi mereka mendapatkan Gubernurnya lemah dan korup, tidak ada kemakmuran dan makanan yang cukup untuk penduduk, ketidakadilan dan keserakahan merajalela. Maka kemudian sejarah mencatat dua tahun setelah menyebrangi Danube, pengungsi Gothic ini membunuh Kaisar Roma Valens dan menghancurkan pasukannya pada perang  Adrianopole. Dan 98 tahun setelahnya, cucu-cucu mereka menurunkan Romulus Augustulus sebagai kaisar Romawi terakhir, menghapuskan kekaisaran Romawi itu sendiri the last Roman Emperor, and liquidated what remained of the Roman Empire.

Kisah ini menarik bagaimana sejumlah pengungsi yang tak berdaya, setelah berpuluh-puluh tahun kemudian  menguasai daerah impiannya. Bukan semata-mata ketamakan dan keserakahan yang jadi alasan, namun kezaliman dan keserahan penguasa menuntut mereka mengambil resiko menumbangkan rezim kekaisaran Romawi.

Kita lihat saat ini, gelombang pengungsi berdatangan ke Eropa dari berbagai belahan dunia, ingin mencari hidup yang lebih baik bagi diri dan keluarganya, berharap dapat menambatkan akar keturunan mereka di tempat baru dengan motif kemakmuran dan kelayakan hidup. Bisa jadi mereka mendapatkannya, bisa pula tidak. Mungkin mereka juga menemukan apa yang Gothic lihat dalam realitas kehidupan Eropa. Sebuah hakikat yang sama walau jauh jarak waktu terbentang. Bisa jadi mereka menjadi "Gothic" masa kini yang akhirnya kembali menguasai "kerajaan Eropa" yang luas terbentang dengan sejarah kelam perang Dunia 1 dan 2.

Inilah ketakutan Eropa terhadap pengungsi, sejarah selalu memunculkan trauma sebagaimana Eropa terhadap Gereja dan juga terhadap Perang Salib.Mereka berkata sejarah tidak pernah berulang, walaupun realitasnya demikian.

No comments: