www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, March 15, 2016

Dollar : Senjata Makan Tuan

Pada perang dunia ke 2  AS ikut terseret bersama sekutu Inggris, Perancis, dan Belanda melawan Jerman dan Jepang. 

Tahun 1944 ketika kemenangan sudah terpapar di depan mata, AS berinisiatif menggelar konferensi untuk menyepakati mata uang yang disepakati pasca perang, melalui perjanjian Bretton Woods Dollar menjadi mata uang utama dunia dengan jaminan emas. Mereka mengatakan "Dollar as good as Gold", dengan mengklaim cadangan emasnya yang besar.

Kepongahan AS menetapkan sistem mata uang dunia tersebut, jusrtru berujung pada penghapusan sepihak sistem Bretton Woods tahun 1971 oleh Presiden Nixon, karena  kelemahannya menjamin Dollar dengan cadangan emas. AS yang memulai dia pula yang mengakhiri.

Setelah itu AS dapat membeli berbagai komoditas di dunia dengan selembar Dollar. Maka aliran ekspor meluncur deras dari berbagai penjuru ke AS untuk mendapatkan  Dollar. Karena kekurangan cadangan Dollar suatu negara berarti krisis moneter di negara tersebut.

Maka ekspor dari berbagai negara membanjiri AS, dan pembayarannya berasal dari awang-awang yaitu Dollar.

Dahulu di AS industri tumbuh dengan subur, namun karena berbagai produk dengan mudah datang dari berbagai penjuru memburu Dollar, maka lahan industri berubah menjadi restoran, kafe, toko dll menyambut aliran  tersebut.


Ekspor ke AS oleh industri internasional menyebabkan Dollar mengalir masuk ke negara-negara tsb untuk mengamankan cadangan devisanya. Berbagai negara berlomba-lomba menghasilkan berbagai produk dengan harga yang amat kompetitif untuk kemudian membanjiri AS, hingga perlahan-lahan industri di AS mati. Karena jauh lebih murah mendapatkan suatu produk dari luar dibanding memproduksi sendiri.

Impor yang di luar batas, adalah konsekuensi dari berlakunya Dollar melalui perjanjian Bretton Woods  1944, akhirnya membawa industri AS bertekuk lutut.


Situasi ini akan terus berlangsung selagi peran dollar sebagai mata uang utama dunia tidak dicabut dan AS meresmikan emas sebagai sistem moneter internasional dibanding tetap mempertahankan Dollar yang tidak mewakili apapun.


Itu adalah pil pahit yang mesti ditelan. Jika tidak AS akan menjadi negara dunia ke 3 yang terlalu gemuk, dengan ketidakstabilan politik, penurunan ekonomi yang konstan, dan bahkan pecahnya AS menjadi beberapa negara.

Kembalinya emas sebagai mata uang akan memaksa penduduk Amerika untuk mulai memproduksi barang yang semula dibeli dari luar negeri.

Selisih antara apa yang AS impor dan yang mereka ekspor selama 2015  sebesar $600 miliar. Artinya sejumlah $600 miliar dikirim AS ke luar negeri sebagai  defisit ekspor. Mestinya sejumlah nilai tersebut bisa dihasilkan oleh industri lokal, bila mata uangnya menggunakan emas.

Dengan menggunakan emas sebagai mata uang penduduk Amerika hanya dapat membeli produk dari luar dengan dengan memanfaatkan surplus perdagangannya. Produksi barang dan jasa akan melonjak, dan lapangan kerja meningkat. Dan yang lebih penting lagi, menjadi produktif adalah baik untuk kemandirian dan kenyamanan hidup : ini adalah kunci stabilitas politik suatu negara.

Ini adalah satu-satunya cara AS dapat bangkit dari  situasi krisis. Tidak ada jumlah uang yang cukup dari The Fed yang dapat menghidupkan ekonomi  Amerika. Tarif barang impor tidak dapat menghasilkan kemakmuran : dia hanya ukuran tertentu yang melindungi produk tertentu saja, lagi pula pemberlakuan tarif akan dilawan dengan tarif impor oleh berbagai negara.Dengan kembalinya emas sebagai mata uang, situasi ini dapat berubah.

sumber : Hugo Salinas  http://plata.com.mx/Mplata/articulos/articlesFilt.asp?fiidarticulo=283

No comments: