www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, February 20, 2017

Deficits Must Be Finance

King World News - James Turk - The U.S. May Be About To Make Real Money (Gold & Silver) Great Again!       Jelas defisit memerlukan
biaya. Tahun lalu defisit neraca perdagangan AS mencapai 0,5 Triliun Dollar , dan kendala yang dihadapi bung Trump adalah kuatnya Dollar, minimnya tabungan nasional, dan utang nasional AS sebesar 20 Triliun Dollar atau 100% dari GDP. Lemahnya permintaan barang dan jasa AS (karena dollar terlalu tinggi) dan berkurangnya anggaran akibat pemotongan pajak menyebabkan pemerintah AS mesti menutup defisit anggaran segera. Di satu sisi Trump telah menuduh mitra dagang utama mereka yaitu Cina, Jepang, dan Jerman melakukan perang mata uang dengan melemahkan nilai mata uang mereka terhadap Dollar untuk mendapatkan keuntungan perdagangan dengan AS, namun di sisi lain AS minta bantuan kepada mereka untuk mengatasi utangnya. Masalahnya adalah Amerika berada dalam kondisi konsumsi yang lebih besar daripada apa yang mereka bisa produksi (ini salah satu ekses dari kuatnya nilai Dollar sehingga kalah dagang dengan negara lain), sehingga tata dunia baru yang terjadi adalah negara kreditor terbesar dunia malah tergantung kepada musuhnya.

Setidaknya Trump mesti bercermin pada sejarah ketika AS menjadi negara adidaya pada paruh       pertama abad 20. Yaitu pasca Great Deppression 1932 dan Perang Dunia ke dua ketika dunia ramai-ramai membeli produk manufaktur, makanan, peralatan perang AS yang surplus. Begitu pula pasca perang Vietnam Amerika mengalami kenaikan aktivitas ekonomi. Namun kini situasinya berbeda AS mesti mencari finansial untuk menutupi defisitnya, yang kondisinya mendekati tahun 1970-an ketika Hyperinflasi merajalela akibat pencetakan uang kertas yang massif menggantikan sistem moneter berbasis emas. Hari ini rakyat Amerika bisa saja kembali mengalaminya. Bagaimanapun Amerika mengalami underinvested  sumber daya fisik dan manusia. yang menyebabkan konsumsi yang berlebih dalam ekonomi.

Secara geopolitik pelemahan ekonomi Amerika bermakna destabilisasi. Cina sebagai ancaman utama AS mencoba menjadi altenatif. Mengandalkan pasarnya yang besar, Cina mencoba mengambil keuntungan dari sistem pasar bebasnya yang memberi finansial kepada negara-negara untuk infrastruktur yang mereka butuhkan. Sebagai negara yang hanya 2% dari cadangan devisanya dialihkan ke emas, Cina telah mempunyai 1.833 ton emas naik 600 ton sejak tahun 2003, menjadikan Cina sebagai negara terbesar ke 6 dunia pemegang cadangan emas. Kebijakan Cina ini tentu untuk mengurangi risiko dari nilai Dollar. Maka bagi Trump emas juga akan menjadi hedging dari potensi global disorder dari kebijakan yang diambilnya yang berpotensi membenturkan antara negara dengan negara, konsumen dan produsen, kreditor dan debitor. Emas adalah pengaman klasik ketika 2/3 negara dunia memiliki aset dalam denominasi uang kertas yang mana bank sentralnya akan terus memainkan kebijakan yang mengarah pada penurunan nilai mata uang itu sendiri.

sumber : John Ing (King World News)

No comments: